Percetakan

Selasa, 06 Juli 2010

Pertimbangan Memilih Mesin Bordir

Tentunya pembelian sebuah produk harus disesuaikan dengan kebutuhan pemakaiannya, yang berarti jenis mesin yang akan dibeli harus memenuhi syarat kebutuhan jenis produksi nantinya. Karena spesifikasi, model dan tipe mesin memberi pengaruh besar terhadap harga mesin itu sendiri.
Spesifikasi Utama mesin diantaranya meliputi :
a) Area bordir : Besarnya ukuran maksimal gambar bordir yang dapat diproses.
b) Jumlah jarum/ warna : kapasitas jumlah warna yang bisa diproses.
c) Jumlah Kepala : kapasitas jumlah produk setiap satu kali proses.
d) Rpm : Kecepatan mesin saat proses produksi
e) Jenis meja multi fungsi: bisa untuk topi jadi/baju jadi atau meja standar.
f) Transfer data : Sarana untuk memasukan data ; Disket, USB, Memory Card, dll
g) Format data : Kemampuan mesin membaca jenis data.
h) Sequin Device : Fasilitas bordir payet (khusus/optional)
i) Cord Device : Fasilitas bordir pita/ tali kur.(khusus/optional)
j) Borer : Fasilitas untuk melubangi kain.(khusus/optional)
k) Chenille : Fasilitas bordir jeratan bulu/handuk (khusus/optional)

Pemakaian Jarum

Jangan sepelekan penggunaan jenis jarum untuk mesin bordir anda, merk dan nomer/type jarum perlu anda perhatikan sesuai dengan jenis bordiran atau bahan kain yang akan dibordir.

Saran kami gunakan merk jarum sesuai standar yang direkomendasikan pabrik pembuat mesinnya, contoh merk mesin Bordir Komputer yang menggunakan Jarum Groz Beckert (bukan Iklan lho......) sepengetahuan kami adalah : Tajima, Barudan, SWF, dan Yonthin.

Pengaruhnya? Kualitas hasil bordiran, frekuensi putus benang, efisiensi produksi dan umur jarum.

Jarum Berlapis Keramik

Teknologi jarum berlapis keramik sudah lama dikenal orang, namun tidak semua orang mengetahui kelebihan dan kekurangannya.
Jarum berlapis keramik diklaim produsennya memiliki kelebihan antara lain :
1.Frekuensi putus benang rendah
2.Elektrostatik lebih kecil
3.Umur jarum lebih tahan lama
4.Ketahanan ujung jarum lebih kuat
5.Membutuhkan kekuatan untuk penetrasi lebih rendah
6.Lebih sedikit hasil stik loncat,artinya hasil jeratan lebih stabil/rata.
Kekurangannya: harganya masih relatif mahal ada yang mencapai kisaran Rp.3000/ biji.

Benang Bordir

Ada 2 macam jenis benang (untuk benang spool/ benang bawah)yang bisa dipakai dimesin bordir komputer:
1. Benang multi filament (FilamentYarn)
2. Benang Spun (SpunYarn)
Benang Multifilament adalah benang yang terdiri dari beberapa lapis filament syntetic yang panjangnya sesuai panjang benang, umumnya terbuat dari serat rayon atau polyester.Biasanya khusus untuk benang bordir, benang jenis ini dijual dalam bentuk siap pakai dalam bentuk gulungan kecil sesuai ukuran skoci (bobbin case). Jadi tidak perlu menggunakan bobbin lagi, dan tidak perlu menggulung sendiri.
Sedangkan benang spun adalah benang yang terbuat dari serat-serat staple(pendek) yang dipilin sedemikian rupa sehingga terjadi ikatan antara serat satu dengan lainnya. Umumnya yang dipakai adalah jenis benang Polyester ( Kode Benang PE ). Benang Spun dijual dalam bentuk Cones dengan berat bervariasi sekitar 1.90-2 kg. Untuk benang jenis ini konsumen harus menggulung sendiri pada bobbin dengan menggunakan alat gulung khusus. Untuk benang spun disarankan untuk menggunakan jenis single yarn/ benang spun tunggal.
Setiap benang mempunyai kode yang menunjukan Bahan baku benang serta Nomer Benang. Nomer benang artinya menunjukan berat persatuan panjang atau bahasa orang awam bisa dikonotasikan ke diameter benang.
Syarat untuk benang spul bordir antara lain, kuat tapi mudah untuk diputus, rata, tidak terlalu berbulu, dan tidak kaku.

USB Untuk Bordir Komputer


Seiring kemajuan teknologi, floppy disk/disket kini jarang dipakai orang. Tergeser oleh piranti kecil berkapasitas besar yang diberi nama USB Flash Disk. Akibatnya disket menjadi langka, dan sulit dicari. Dan kalaupun ada biasanya stok lama dengan harga yang tergolong mahal.
Lalu Bagaimana nasib mesin-mesin bordir yang masih menggunakan Floppy Disk Drive?
Banyak yang melakukan peremajaan mesin dengan menjualnya dan membeli mesin terbaru yang telah dilengkapi USB sebagai sarana input data. Ada juga yang melakukan upgrade komputer mesin dengan biaya berkisar 2 jt hingga 15 jt.
Tetapi jika langkah tersebut diatas tidak mungkin anda lakukan karena sesuatu hal, maka ada solusi terbaru yang paling praktis dan ekonomis.
Yaitu dengan mengganti floppy disk drive 3'5" pada mesin anda dengan USB disk drive. Harga yang di tawarkan 3 juta rupiah /unitnya (belum termasuk ongkos kirim). Piranti ini cocok untuk segala merk mesin bordir yang menggunakan Floppy Disk 3,5", dengan pemasangan yang sangat mudah dan praktis ( tidak perlu teknisi ).
Jika anda berminat bisa menghubungi sdr Rajudin : 0812 511 02541
"Stok sangat terbatas!!"

Sabtu, 03 Juli 2010

Nilai Lebih Mesin Bordir Komputer

Anda pernah tahu bordir? Yaitu menempelkan benang warna warni ke pakaian atau topi atau bahan kain atau kulit lainnya. Dengan tujuan utama menambah kecantikan atau memberi identitas yang tidak mudah rusak. Kalau sablon umumnya jangka waktunya lebih pendek, karena mudah luntur atau rusak. Sedangkan jika dibordir akan tahan lebih lama.

Bordir awalnya hanya semacam kerajinan tangan biasa yang dijahit secara manual. Karena border manual, seringkali tingkat presisi nya tidak tepat. Sangat tergantung kondisi si penjahit. Sejak tahun 80 an telah ditemukan border secara computerized walau belum canggih atau Bordir Komputer. Namun tingkat presisi nya sudah jauh lebih baik dari manual.

Seiring dengan perkembangan komputer, maka cara bordir pun lebih modern. Bordir Komputer Bisa dalam jumlah massal sekaligus dalam waktu bersamaan, juga tingkat presisinya sangat bagus. Kelebihan lain dari bordir komputer adalah motif bordir dan Desain Bordir lebih bagus dengan bantuan komputer, sekaligus bisa di copy paste saja. Hasil desain bordir juga bisa disimpan dalam komputer untuk dipakai di kemudian hari. Dengan mesin bordir komputer, pekerjaan bordir pun cepat di selesaikan.

Tips Jarum Bordir Komputer

Jangan sepelekan penggunaan jenis jarum untuk mesin bordir komputer anda, merk dan nomer/type jarum perlu anda perhatikan sesuai dengan jenis bordiran atau bahan kain yang akan dibordir.

Saran kami gunakan merk jarum sesuai standar yang direkomendasikan pabrik pembuat mesinnya, contoh merk mesin bordir komputer yang menggunakan Jarum Groz Beckert (bukan Iklan lho……) sepengetahuan kami adalah : Tajima, Barudan, SWF, dan Yonthin.

Pengaruhnya? Kualitas hasil bordiran, frekuensi putus benang, efisiensi produksi dan umur jarum.

Kiat Memilih Mesin Bordir Komputer

Pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pemilihan Mesin bordir komputer sekarang ini harus benar-benar teliti, alangkah baiknya jika kita sarankan untuk mencoba secara obyektif pada mesin Bordir Komputer yang ditawarkan. Karena sangat penting fungsinya dalam pembuatan desain bordir maupun jahit bordir selanjutnya.

Salah satu yang mudah dilihat dan dan lihat adalah dengan mencoba mencari info dibeberapa situs2 internet, dimana disini akan tampak perusahaan perusahaan yang memproduksi Mesin-mesin bordir komputer.

Sekarang ini muncul puluhan merk mesin bordir komputer di Asia, yang mana 80 % buatan China, yang harganya relatif murah dibandingkan dengan buatan korea atau jepang yang harganya bisa beberapa kali Lipat.

Tapi jangan menganggap remeh mesin Bordir Komputer buatan China, CobakKita mencoba tarik pemikiran fenomena yang terjadi di dunia ini, dari produk mainan sampai industri berat banyak kita jumpai MADE CHINA, Bahkan semua yang berbau namanya komputer tidak akan lepas dengan Made China. Nah mesin bordir penting dalam bordir baju, gambar bodr, maupun motif bordir selanjutnya.

Di China sendiri akan memenuhi standar produksi mereka berdasarkan permintaan dari konsumennya. Jika konsumen menghendaki kualitas bagus maka mereka akan memenuhi permintaan konsumen tersebut, begitupun sebaliknya.

Berhubungan dengan fenomena tersebut, jangan sekali-kali terjebak dalam janji-janji yang menggiurkan, mengingat mesin bordir ini bekerja full 24 Jam, dan untuk orientasi jangka panjang.

Cara Mencuci Mukena Bordir Komputer

Hindari mencuci mukena dengan menggunakan mesin cuci atau dicampur dengan pakaian lain. Cucilah mukena bordir secara terpisah dan cukup direndam, jangan dikucek atau disikat, cukup direndam dengan deterjen dan biarkan deterjen mencuci sendiri.

Apabila terdapat noda di mukena, bersihkan dengan deterjen / sabun yang lembut, bila tidak tersedia bisa menggunakan sabun mandi atau shampoo. Jangan menggunakan pemutih pakaian.Mukena di cuci sebaiknya menggunakan air hangat untuk menjaga seratnya tetap halus.

Bila sudah di cuci, Mukena cukup diperas ringan dengan tangan lalu di anginkan, apabila aksesoris menggunakan payet, sebaiknya tidak perlu diperas dan langsung dijemur.Hindari di jemur langsung di bawah matahari, untuk menjaga warna mukena bordir tetap cemerlang.

Cara Menyetrika

Gunakan suhu rendah dan hindari kontak langsung dengan kain mukena, lapisi dengan kain / bahan katun tipis diatas kain mukena cantik . Pelapisan kain mukena cantik ini ditujukan untuk meminimalisasi kerusakan Bordir Komputer mukena akibat suhu panasUntuk mukenah cantik berpayet atau berhias logam, setrika bagian dalam untuk menghindari kerusakan aksesoris di mukenah cantik.

Cara Penyimpanan

Anda dapat menambahkan serbuk pengering & pengawet yang dijual di toko untuk menjaga kelembaban dalam tas. Bisa juga anda tambahkan pengharumPerhatikan cara melipat mukena sehingga tidak terkesan menggelembung pada tas

Jumat, 02 Juli 2010

Dasar Sablon

Berikut adalah sedikit penjabaran tentang sistem sablon (screen printing), terutama mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengerjaannya. Sebagai catatan, apa yang saya jabarkan di bawah ini hanyalah pelengkap dari apa-apa yang mungkin telah dan akan anda pelajari mengenai pencetakan sistem sablon dari sumber-sumber yang lain.

Pembuatan/pengerjaan disain

Disain (gambar/artwork) merupakan hal yang sangat penting. Bagus tidaknya kualitas hasil cetakan sangat dipengaruhi atau bahkan tergantung kepada kualitas gambar/artwork yang kita miliki. Pengerjaan artwork lebih baik dilakukan dengan bantuan program-program applikasi olah grafis, misalnya Corel Draw atau Illustrator untuk pengerjaan artwork berbasis vektor. Ini akan menghasilkan gambar yang tajam dan tidak akan mengalami distorsi ketika dilakukan penyesuaian ukuran (resizing).

Program olah bitmap, seperti Photoshop, juga dapat saja digunakan. Tetapi penggunaan program ini lebih ditujukan kepada olah artwork untuk pencetakan full color yang tidak memungkinkan kita menggunakan program semacam Corel Draw tadi, serta dibutuhkan teknik-teknik khusus sebelum artwork tersebut siap untuk dijadikan film.


Pembuatan Film

Apabila artwork telah selesai kita kerjakan dan siap untuk di print out, kita dapat melakukannya pada suatu lembar film transparan (bening). Ini jauh lebih baik ketimbang dengan menggunakan kertas biasa. Setiap warna dari artwork akan dicetak dengan warna hitam masing-masing pada lembar transparan yang kita sebut film. Misalnya bila kita memiliki sebuah gambar logo dengan warna merah dan biru, kita memisahkan kedua warna tersebut, mengubah warna merah menjadi hitam, melakukan print out , mengubah warna biru menjadi hitam, kemudian melakukan print out lagi. Setiap print out dilakukan di atas lembar film terpisah, akan menghasilkan film yang berkualitas bagus dengan menggunakan printer sekelas laserjet atau seperti yang dipakai oleh penyedia jasa output film.

Inilah yang secara umum dikenal dengan sebutan separasi (pisah warna). Untuk lebih jelasnya bagaimana membuat film untuk sablon, lihat tulisan Film Untuk Sablon.


Screen

Sebuah screen adalah bentangan kain kasa atau mesh (semacam jala halus) yang diregangkan dan dilekatkan pada suatu bingkai segiempat (kayu, alumunium, lainnya).


Bagian-bagian screen pada umumnya adalah sbb :

bingkai screen : biasa terbuat dari kayu, alumunium ataupun bahan lain yang cukup kuat dan kain kasa (mesh) bisa diregangkan dan direkatkan diatasnya (dengan staple atau lem) tanpa membuatnya jadi berubah bentuk. Ukuran bingkai bervariasi dan disesuaikan dengan besar kecil-nya gambar serta bahan yang akan dicetak. Dipasaran yang bisa ditemui diantaranya adalah uk. 30 x 40 cm, 40 x 60 cm, dll.

Gagang screen (handle) untuk pegangan dan memindah-mindah atau menggeser posisi screen di atas meja. Terbuat dari bahan kayu, plastik atau metal. Jika bingkai screen yang terbuat dari metal memiliki rel screen, maka handle dipasang dengan menggunakan baut sehingga posisinya bisa digeser-geser sesuai kebutuhan.

Pengatur posisi (sebagai register screen). Ini adalah suatu alat bantu pada screen dalam pencetakan dengan meja panjang. Ketika kak-kaki screen kita “geret” di atas rel meja panjang, maka pergerakan screen akan tertahan ketika pengatur posisi screen ini mengenai nok pada meja. Itu berarti screen telah berada pada posisi yang tepat dan proses cetak akan dilakukan pada posisi screen tersebut. Dengan alat ini akan sangat membantu kita untuk penempatan screen pada posisi yang tepat tanpa harus mengira-ngira. Asalkan semua bahan yang akan dicetak (kain atau yang lain) ditempatkan di atas meja pada tanda batas yang sama, maka hasil akan jatuh pada posisi yang sama pula.

Kaki screen: pada bagian sisi bingkai screen yang terbuat dari bahan metal biasanya dibuatkan dua lubang dengan drat untuk tempat memasang baut panjang yang berfungsi sebagai kaki screen. Selain sebagai “kaki” agar screen dapat lebih mudah “digeret” di atas rel meja, juga dapat digunakan sebagai soft adjusting untuk mengatur/menyesuaikan ketinggian serta kemiringan posisi screen di atas meja.

Rel screen : adalah sebagai tempat baut untuk penempatan pegangan dan pengatur posisi (register) screen. Dengan adanya rel ini gagang screen dan pengatur posisi screen dapat digeser-geser sesuai kebutuhan dengan cara mengendorkan dan mengencangkan baut. Rel ini biasa terdapat pada bingkai screen yang berbahan metal (misalnya alumunium). Dengan adanya rel ini, pengatur posisi screen dan gagang pegangan screen dapat lebih mudah dipindah-pindah.

Pada bingkai screen yang berbahan kayu, pengatur posisi ini berupa kayu juga, yang apabila telah ditetapkan posisinya pengatur ini akan dipaku pada bingkai screen. Untuk mengubah posisinya, pengatur posisi atau pegangan screen harus dilepaskan dulu (dengan mencabut paku dari bingkai), tempatkan pada posisi baru dan dipaku lagi. Ini tentu merepotkan disamping juga merusak bingkai screen. Setelah beberapa kali pindah posisi, pengatur posisi ini akan menjadi kendur dan tentunya berpengaruh terhadap ketepatan penempatan posisi screen.

Kain kasa atau mesh : biasanya berbahan polyethylen — memiliki tingkat kerapatan yang bervariasi, misalnya 83, 110, 125, 200, 300 dst atau diantara angka-angka tersebut. Makin kecil angkanya makin “kasar” screen tersebut dan makin berkurang ditail cetakan yang bisa dihasilkannya.

Untuk bisa lebih memahami bagaimana pengaruh kerapatan mesh terhadap ditail dan hasil cetakan dan kesesuaian dengan jenis tinta diperlukan suatu usaha coba-coba, yang kemudian dapat kita dokumentasikan untuk memudahkan pemilihannya di kemudian hari.


Pelapisan Emulsi pada screen.

Proses pembuatan ini sederhana saja. Yang perlu kita lakukan hanyalah melapisi secara merata pada seluruh permukaan kain kasa dengan bahan photo emulsion (dipasaran biasa dijual diantaranya merk Ulano, dll) kemudian mengeringkannya. Photo emulsion ini sensitif terhadap cahaya khususnya cahaya ultra violet, karenanya pengerjaan pelapisan ini dilakukan di ruang “miskin cahaya” meskipun tidak berarti gelap total. Kita bisa menggunakan lampu berwarna kuning untuk pencahayaan, yang tidak memancarkan sinar uv yang dapat merusak emulsi tetapi cukup bagi kita untuk tetap dapat melihat. Ada macam-macam jenis bahan emulsi sesuai tujuan pencetakan dan bahan tinta yang digunakan. Ada emulsi yang khusus untuk tinta berbasis air (water base), yaitu tinta yang penyesuaian kekentalannya adalah dengan penambahan air. Ada yang khusus untuk tinta yang oil base, serta ada juga yang khusus untuk hasil cetakan tebal.

Bahan emulsi biasanya dikemas terdiri atas dua macam bahan, yaitu base dan bahan campurannya (katalis). Kedua bahan tersebut hanya dicampur dan diaduk merata apabila hendak digunakan dengan perbandingan yang sesuai petunjuk yang ada pada kemasannya. Apabila kedua bahan tersebut telah tercampur, maka tidak akan bisa disimpan dalam waktu lama. Penyimpanan bahan emulsi ini harus ditempat tertutup dan terhindar dari cahaya, serta lebih baik apabila disimpan di lemari pendingin. Hawa panas juga dapat merusak atau mengurangi mutu dari bahan tersebut.

Untuk proses pelapisan bahan emulsi, kita membutuhkan alat khusus semacam scoop yang memang diperuntukkan bagi proses ini, tetapi kalau tidak ada juga bisa menggunakan rakel atau alat lain yang memiliki permukaan rata dan halus.

Emulsi dilapisi pada permukaan luar screen secara merata, kemudian balikkan screen dan lapisi juga permukaan bagian dalam sehingga kita memiliki lapisan emulsi yang cukup sesuai dengan ketebalan hasil cetakan yang kita inginkan (inipun harus melalui usaha coba-coba). Jika menginginkan lapisan yang lebih tebal, sebaiknya dilakukan pelapisan secara bertahap dan pengeringan terlebih dahulu pada lapisan pertama dst. Pengeringan dapat dilakukan dengan bantuan angin ataupun pengering dengan panas yang cukup. Kita bisa memanfaatkan hair dryer untuk proses pengeringan ini. Untuk hasil cetakan yang lebih tebal lagi, sebaiknya gunakan emulsi yang dikhususkan untuk menghasilkan cetakan tebal.

Catatan : untuk menghasilkan cetakan yang sedikit lebih tebal, maka pelapisan emulsi dilakukan hingga beberapa kali. Caranya adalah setelah lapisan pertama dikeringkan, lapisi lagi dengan lapisan kedua, keringkan, lanjut dengan lapisan ke tiga, dst. Yang perlu diperhatikan adalah yang menentukan ketebalan hasil cetakan adalah lapisan emulsi pada permukaan sisi luar screen, bukan bagian dalamnya (tempat menaruh tinta). Semakin tebal lapisan emulsi, maka waktu expose menjadi lebih lama, demikian juga dengan waktu penyemprotannya. Disamping itu, lapisan emulsi yang terlalu tebal dapat mengakibatkan penurunan kualitas hasil cetakan (kehalusan ataupun kekuatannya), kecuali digunakan emulsi dan jenis tinta khusus yang dapat sesuai untuk hasil cetakan tebal.


Proses Afdruk (Pengembangan screen)

Apabila lapisan telah kering, kita bisa segera melakukan penyinaran atau expose. Dibutuhkan cahaya yang bagus untuk proses ini, bisa dengan bantuan matahari atau peralatan penyinaran yang biasanya berupa kotak yang bagian atasnya adalah kaca bening dan lampu tembak khusus di dalamnya (meja tembak). Kita bisa menggantikan lampu tembak tersebut dengan beberapa lampu neon tetapi waktu penyinaran akan sedikit lebih lama dibandingkan dengan lampu tembak tadi.

Tempatkan film di atas permukaan screen bagian luar. Pastikan untuk menempatkan film pada posisi yang sesuai dengan penempatan gambar pada media cetak. Ini bisa dilakukan dengan memberi tanda register pada screen dengan pensil atau pena yang disesuaikan dengan tanda register pada film (jika tanda register ini nanti ikut tertembak, bisa ditutup lagi dengan ulano kemudian). Film harus ditempatkan dalam posisi permukaan terbalik, sehingga (jika ada) tulisan yang menghadap kita “tidak terbaca” atau istilahnya di-mirror (kecuali kita sengaja ingin membuat cetakan terbalik).

Catatan : fungsi film di sini adalah sebagai penghalang sinar mengenai lapisan emulsi pada screen. Lapisan emulsi yang terkena sinar akan mengeras, melekat kuat dan menutupi pori-pori screen. Lapisan screen yang tidak terkena sinar nantinya akan rontok bila disemprot dengan atau terkena air.

Lekatkan film pada permukaan screen dengan bantuan isolatif bening. Tempatkan bagian luar screen yang telah ditempeli film tadi di atas permukaan kaca meja tembak. Pastikan bahwa antara kaca dan permukaan screen tidak ada jarak sedikitpun untuk menghindari distorsi. Untuk ini kita bisa menambahkan beban pada bagian dalam screen yang merata dan cukup untuk membuat permukaan screen benar-benar tidak berjarak dengan kaca. Jika menggunakan mesin meja tembak khusus, kita tidak membutuhkan hal itu, karena mesin meja tembak khusus biasanya sudah dilengkapi dengan sedot vakum untuk menekan screen.


Setelah semuanya siap, penyinaran bisa segera dilakukan.

Lamanya waktu penyinaran bergantung pada bahan emulsi, tingkat kerapatan screen dan sumber cahaya yang kita gunakan. Sekali lagi ini pun membutuhkan percobaan-percobaan untuk menemukan kombinasi yang benar-benar tepat. Seringkali kegagalan atau masalah ditemui pada tahap ini, jadi penting bagi kita untuk lebih memahaminya melalui serangkaian latihan dan percobaan. Tetapi umumnya waktu penyinaran normal berkisar antara 3 hingga 5 menit, tergantung pada faktor-faktor yang disebutkan tadi.

Penyinaran selesai. Semprotlah permukaan bagian luar dan dalam screen dengan air. Kita bisa menggunakan semprotan yang biasa digunakan untuk mencuci kendaraan ataupun menyirami taman. Tidak terlalu diperlukan alat semprot yang bertekanan tinggi, tetapi tekanan yang cukup saja. Penyemprotan terutama dilakukan pada permukaan bagian luar screen, sedangkan permukaan bagian dalam biasanya akan lebih lunak sehingga cukup dengan sedikit penyemprotan saja.

Sambil melakukan penyemprotan, kita bisa mengamati pola-pola yang terbentuk di atas screen. Lapisan emulsi yang rontok saat disemprot akan membentuk gambar sesuai dengan gambar film yang kita gunakan pada proses penyinaran, sementara bagian screen yang lain akan tetap terlapisi dengan emulsi. Area screen yang emulsinya rontok inilah yang nantinya akan tertembus oleh tinta sehingga membentuk gambar sesuai dengan film. Kita bisa sambil mengawasi apakah screen telah terbentuk gambar seperti yang semestinya.

Bagi pemula, atau ketika mengganti merk/jenis emulsi, pembuatan screen seringkali mengalami masalah. Screen bisa jadi sangat sulit untuk ditembus air sekalipun menggunakan semprotan bertekanan, atau sebaliknya bisa jadi terlalu lunak sehingga penyemprotan sedikit saja bisa merontokkan semua lapisan emulsinya. Ini diakibatkan diantaranya oleh waktu penyinaran yang tidak tepat, emulsi yang tidak tepat pencampurannya atau telah mengalami penurunan kualitas.


Meja Cetak

Meja cetak adalah tempat dimana bahan yang akan dicetak ditempatkan dalam proses pencetakan sablon. Ada macam-macam model meja cetak, sesuai dengan kebutuhan, biaya serta tempat. Pada dasarnya adalah meja duduk dan meja panjang. Dari kedua macam meja cetak tersebut, terdapat variasi yang merupakan modifikasi/inovasi dari keduanya : ada meja duduk dengan sistem vacuum, meja duduk sistem rotary, meja panjang miring dan meja panjang datar.

Meja duduk adalah model meja cetak yang paling umum kita temui apabila kita mengunjungi tempat-tempat usaha cetak sablon, misalnya dalam pembuatan kartu nama, stiker, kaos, dsb. Jika kita berkunjung di sepanjang Jalan Kalibaru Timur di Belakang Statsiun Kereta Senen Jakarta atau di depan Stasiun Kereta Bekasi (ex bioskop Parahyangan), kita akan menemui banyak usaha sablon kecil yang menggunakan sistem meja duduk ini. Modelnya sederhana saja, hanya berupa meja kecil dengan bagian permukaan atas meja terbuat dari bahan kaca serta terdapat catok (semacam capit yang ber-engsel untuk mengikat screen pada meja) di bagian sisi atas belakang meja. Oleh para pemiliknya, meja duduk ini selain berfungsi sebagai meja cetak, juga dapat difungsikan sebagai meja tembak dengan menambahkan lampu-lampu neon di bagian bawah dalam meja. Ini akan membantu untuk proses ekspose screen apabila hari sedang mendung/hujan atau di malam hari.

Meja duduk cocok digunakan dalam pencetakan kartu nama, undangan, stiker, kain (kaos/baju) atau bahan lain yang disain cetakannya tidak menggunakan penempatan warna-warna yang relatif rumit. Ini dikarenakan dalam pencetakan dengan meja duduk screen berada dalam posisi yang tetap, sehingga bahan yang akan dicetaklah yang lebih banyak disesuaikan posisinya terhadap posisi screen.

Untuk mencetak potongan kain dengan meja duduk, biasanya potongan kain ditempelkan dulu di atas karton yang telah dilapisi dengan lem khusus (misalnya yang bermerk 3M). Lem ini memiliki daya rekat yang cukup kuat sehingga kain tidak mudah bergeser, tetapi juga tidak mudah kering sehingga kain dapat dengan mudah dilepaskan kembali dari karton. Bahan dasar lemnya pun relatif tidak akan mencemari kain. Dengan bantuan karton yang berlapis lem ini pengaturan posisi cetakan akan relatif lebih mudah dibanding menempatkan potongan kain langsung di tas meja cetak.

Untuk mencetak kaos jadi dengan meja duduk dapat dilakukan dengan sedikit modifikasi pada meja cetak, yaitu dengan membuat semacam bantalan (tatakan) untuk kaos yang akan dicetak, misalnya seperti pada gambar di bawah ini:


Meja Panjang

Disebut dengan istilah meja panjang karena disain meja ini memang berbentuk segi empat memanjang. Lebar meja berkisar antara 80cm hingga 1m atau lebih tergantung kebutuhan. Meja panjang ini dilengkapi dengan rel untuk jalan screen dan running dryer. Pada rel ini dipasang sejumlah nok yang berfungsi sebagai pembatas pergerakan screen atau pembatas penempatan posisi screen. Permukaan meja bisa terbuat dari kayu triplek tebal. Di atas permukaannya bisa ditutup dengan bentangan kain yang direkatkan, kemudian bisa dilapisi dengan semen yang telah dicampur dengan binder agar lapisan semen tidak retak-retak bila telah kering. Tetapi tanpa pelapisan dengan kain dan semen pun tidak menjadi masalah, asalkan permukaan meja bisa dibuat serata dan sehalus mungkin untuk menghindari terjadi kualitas cetak yang kurang bagus karena pengaruh permukaan meja.

Meja panjang ada yang dibuat mendatar serta ada juga yang dibuat miring dengan sudut kemiringan sekitar 60 – 80 derajat.

Untuk memudahkan dalam penempatan bahan cetakan di atas meja, pada permukaan meja dicetak semacam garis-garis skala (ruler) dari bawah ke atas. Garis-garis skala ini dicetak untuk setiap jarak-jarak tertentu sesuai dengan jarak penempatan nok (lebih kurang setiap jarak 60 – 80 cm). Terakhir, permukaan meja dilapisi dengan lem khusus yang dipasaran dikenal dengan istilah lem meja. Lem ini memiliki daya rekat yang cukup kuat untuk menahan kain agar tidak bergeser, tetapi sekaligus tidak mudah kering sehingga kain nantinya dapat dengan mudah dilepaskan kembali.

Jika bekas-bekas serat kain banyak yang menempel pada meja, dapat dibersihkan dengan mencuci meja dengan air dan sabun serta dengan menggunakan ampelas yang sangat halus. Malahan, lem meja yang mulai agak mengering (setelah beberapa minggu) dapat bagus kembali setelah meja kita cuci dengan air.


Pemasangan Screen

Jika gambar yang akan kita cetak adalah gambar satu warna saja, penempatan screen di atas meja cetak relatif mudah. Tetapi jika gambar kita terdiri lebih dari satu atau banyak warna, kita membutuhkan tanda cetak (resgister) untuk penempatan screen dan hasil yang lebih akurat.Setelah menempatkan screen di atas meja, sebaiknya dilakukan test print. Caranya adalah ambil potongan kain/kaos (atau bisa digantikan dengan kertas karton), atur penempatannya pada meja dimana natinya potongan kain/kaos yang lain akan ditempel. Atur posisi screen dimana posisi gambar akan dicetak. Tempatkan sedikit tinta di atas permukaan dalam screen. Tarik dan tekan tinta melewati gambar pada screen ke atas kain. Perhatikan gambar yang tercetak pada kain tersebut. Berikutnya, ganti screen yang untuk warna kedua. Atur-aturlah posisi screen sehingga warna kedua nantinya jatuh pada posisi yang semestinya. Beri tanda posisi screen tersebut atau dengan mengencangkan baut pada pengatur posisi screen. Ulangi langkah-langkah tersebut untuk warna ke-3, dst.

Pada pencetakan dengan meja duduk, biasanya dibuatkan batas-batas untuk penempatan bahan cetakan di atas meja, atau sehari-hari dikenal dengan istilah “mal” atau “pasti”. Ketelitian dan ketepatan dalam pembuatan mal sangat berpengaruh terhadap ketepatan posisi hasil cetak pada bahan. Karenanya pengaturannya biasanya dilakukan oleh kepala cetak atau yang sudah berpengalaman dalam proses produksi sablon.

Separasi pada kaos

film separasi adalah membuat suatu gambar utuh (full color) menjadi terpisah-pisah sesuai dengan warna-warna penyusunnya, karena prinsip kerja alat pencetak gambar adalah mencetak berdasarkan warna per warna.

Nah, disinilah pentingnya film separasi, bagaimana kita memisahkan dan mengelompokkan warna-warna penyusun gambar dengan tepat sehingga hasil pencetakannya dapat sama atau minimal mendekati sama dengan gambar aslinya.

Proses cetak separasi umumnya menggunakan warna-warna proses (prosess color), yaitu cyan (C), magenta (M), yellow (Y), dan Black (K) sehingga biasa disebut dengan warna CMYK. Dari perpaduan (kombinasi, percampuran) keempat warna tersebutlah sebenarnya dapat dihasilkan berbagai wacam warna yang menyusun suatu image. Misalnya untuk menghasilkan warna merah dilakukan dengan memadukan warna yellow dan magenta.

Perbandingan persentase antara yellow dan magenta atau dengan tambahan warna lain akan menentukan warna merah seperti apa yang dihasilkan. Misal 100% magenta dipadukan dengan 100% yellow (perbandingan 1:1) akan menghasilkan warna red (merah). Sedangkan perpaduan 60% magenta dan 100% yellow (perbandingan 3:5) akan menghasilkan warna orange. Atau perpaduan antara 20% magenta, 20% yellow dan 60% black (perbandingan 1:1:3) akan menghasilkan warna dark brown. dst. Warna-warna lain yang tidak bisa dihasilkan dari perpaduan warna CMYK (misalnya biru/merah/kuning/cokelat/emas/dsb tertentu) akan dicetak menggunakan warna khusus (biasanya warna panthone). Meskipun ada juga proses cetak yang warna dasarnya bukan CMYK, tetapi menggunakan enam warna dasar (hexachrome) yang terdiri atas hexachrome yellow, orange, magenta, cyan, green, dan black. Tetapi umumnya yang digunakan adalah warna CMYK.

Jika kita buka printer warna kita, kita akan menemukan cartridge pada printer tersebut akan terdiri dari sekat-sekat warna yang berisi warna-warna cyan, magenta, yellow dan satu tambahan lagi warna black. Ini berarti setiap kali kita mencetak foto warna kita pada selembar kertas, kita telah melakukan proses cetak separasi. Hanya saja, kita tidak perlu melakukan pemisahan warna terlebih dahulu, karena komputer telah melakukan pemisahan warna secara otomatis dan mengirimkannya kepada printer, sehingga printer bisa “tahu” warna cyan misalnya harus dicetak di posisi sebelah mana saja. Begitu pula pada proses cetak dengan menggunakan mesin cetak ataupun sablon, gambar dicetak dengan “menempatkan” warna-warna tertentu pada titik-titik bidang tertentu, yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk gambar yang diinginkan (misalnya foto kita). Tentu saja kita (melalui bantuan komputer) yang memisahkan penempatan warna-warna tersebut (dalam bentuk film, yang kemudian dibuat plat atau screen).

Bagaimana gambar foto kita, misalnya, ingin kita cetak pada koas melalui cara sablon?

Sekarang ini ada sistem sablon yang dikenal dengan istilah sablon digital. Gambar (foto) yang ada di komputer dengan menggunakan printer dan tinta khusus dicetak di atas kertas khusus (mirip kertas hvs biasa) dengan sistem mirror (gambar di flip – sisi kiri ada di kanan). Hasil cetakan di atas kertas ini kemudian ditempelkan di atas bahan kaos pada posisi yang diinginkan, lalu dipress dengan mesin hot press (bisa juga disetrika dengan tekanan, tapi mungkin hasilnya kurang memuaskan) dan kertasnya dilepaskan. Maka gambar yang tadinya ada di atas kertas akan berpindah (ditransfer) ke atas kaos kita. Itulah sebabnya cara ini dikenal juga dengan istilah transfer print (direct print digunakan untuk pencetakan langsung di atas bahan).

Keunggulan teknik transfer print adalah proses cetak separasi dapat dilakukan dengan lebih cepat, lebih presisi dalam hal kesamaan warna-warna dengan aslinya, serta lebih praktis dalam pengerjaannya. Kelemahannya adalah sistem ini membutuhkan peralatan dan bahan-bahan khusus yang harganya lebih mahal, serta hasil cetakan yang tipis-tipis saja. Kertas yang digunakan hanya bisa dipakai untuk sekali cetak. Disamping itu, teknik ini hanya bagus diterapkan pada bahan-bahan tertentu dengan warna dasar putih.

Ada juga transfer print yang digabungkan dengan teknik sablon. Gambar yang akan ditransfer ke atas bahan adalah hasil cetakan sablon di atas kertas stiker khusus dengan tinta khusus stiker. Teknik sablonnya sama saja dengan sablon yang lain, hanya saja film yang diafdruk di atas screen di-mirror (di flip horizontal — kiri di kanan), dan urutan pencetakan warnanya dibalik (warna background/warna yang lebih tua dicetak terlebih dahulu) di atas stiker. Setelah semua warna dicetak di atas stiker, kemudian terakhir dicetak lem stiker yang film-nya adalah dibuat mengikuti bentuk gambar secara keseluruhan (biasanya dilebihkan sepersekian mili sekeliling gambar). Baru setelah hasil cetakan di atas stiker tersebut kering, stiker diletakkan diatas bahan kemudian dipress dengan dengan heat rolling press atau hot press, dan stiker dilepaskan perlahan-lahan.

Keunggulan transfer print sablon stiker ini dibanding transfer print dengan printer adalah dapat menghasilkan cetakan yang lebih tebal atau cetakan timbul dan tetap bagus untuk semua warna bahan. Kelemahannya pada proses cetak yang lebih rumit dan, karena menggunakan teknik cetak sablon, untuk cetak separasi jauh lebih sulit untuk mendapatkan warna hasil cetakan yang pas.

Bagaimana dengan sablon konvensional untuk mencetak separasi?

Sablon konvensional (manual) tetap bisa mencetak separasi. Hanya saja ini membutuhkan meja khusus jika ingin mendapatkan hasil yang bagus. Biasanya adalah meja panjang (miring atau datar) yang telah dilapisi lem untuk perekat bahan, dengan rel sebagai “jalanan” screen dan nok untuk pembatas posisi screen

Ini memungkinkan penempatan posisi tiap screen akan sama untuk semua bahan (lebih baik kalau bahan yang masih berbentuk potongan — bukan baju/kaos jadi), sehingga hasil yang didapat sama untuk tiap bahan.

Meski begitu, pengaturan posisi screen awal pada pencetakan sablon direct print untuk separasi sangat menentukan hasil yang didapat.

Full Colour Pada Sablon

Teknik separasi ini sebenarnya sama saja dengan kalau kita membuatnya untuk film offset atau cetak dengan mesin lainnya. Perbedaannya terletak pada :

Cetak sablon memiliki keakuratan yang lebih kecil. Karena itu nilai overprint (masukkan) harus kita buat sedikit lebih besar untuk menghindari misregister. Bisa dibaca kembali postingan Film Untuk Sablon.

Cetak sablon lebih banyak menggunakan warna khusus (bukan CMYK), pemisahan warna untuk film sablon lebih sering dilakukan secara manual (lihat tulisan Film Untuk Sablon), kecuali untuk gambar yang memang mensyaratkan pemisahan otomatis oleh output devices (printer, mesin film) misalnya gambar wajah.

Separasi dengan printer :

Kita bisa juga melakukan pemisahan warna dengan mengandalkan pemisahan warna yang dilakukan oleh printer. Misalkan kita memiliki gambar dengan warna-warna seperti di bawah ini :



Warna yang kita gunakan adalah : (1). merah, yang merupakan hasil mix antara warna yellow 100% dan magenta 100%. Artinya warna merah sebenarnya adalah campuran antara warna magenta dan yellow dengan perbandingan 1:1. (2) Pantone 108C, adalah warna jadi sesuai dengan Pantone Matching System (PMS) yang dikeluarkan oleh Pantone Inc, bukan warna prosess (CMYK) . (3) Registration color, adalah warna yang akan selalu ada (ikut tercetak) bila dicetak dengan teknik separasi.

Note : Pengaturan komposisi warna prosess dalam teknik separasi merupakan hal yang sangat penting, karena seringkali warna yang kita lihat di layar monitor ternyata tidak sama dengan hasil cetaknya. Orang seringkali merasa frustrasi ketika sebuah logo, misalnya, yang telah didisain dengan susah payah ternyata menjadi terlihat sangat biru ketika telah “naik cetak”. Untuk itulah kita harus memahami komposisi warna, serta bahwa warna yang sama dapat terlihat berbeda pada bahan yang berbeda (kertas/kain/plastik). Sehingga sekalipun di layar monitor kita melihat warna yang berbeda kita tahu seperti apa warna tersebut nantinya setelah proses cetak. Inilah pentingnya hal tersebut serta mengapa Pantone menciptakan PMS. Untuk pemahaman yang lebih baik mengenai hal ini, silakan baca di sini.

Untuk pencetakan dengan printer (sebagai contoh digunakan printer HP Laserjet 8150PS) langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1 Pilih (blok) gambar yang akan dicetak, kemudian pada menu File klik perintah Print. 2 Akan muncul print menu seperti berikut :


Pada sub jendela General, pilihlah nama printer yang digunakan (HP Laserjet 8150PS). Atur Print range-nya apakah Curent document, Current page, Documents, Selection ataukah halaman-halaman tertentu saja (Pages). Jika ingin yang kita print hanyalah objek-objek yang kita tadi pilih saja, maka pada pilihan print range-nya kita set sebagai Selection. Tetukan berapa banyak duplikasi printout yang kita inginkan dengan menentukan angka pada pilihan Copies.

Untuk pengaturan pencetakan printer, klik kotak Properties. Di situ kita bisa atur jenis kertas yang akan digunakan untuk mencetak, mode pencetakan Potrait atau Landscape, dari tray mana kertas cetak diambil, dsb . Sedangkan pengaturan skala pembesaran hasil printout, posisi gambar pada kertas output, dsb kita atur pada sub jendela Layout. Jika ingin objek tersebut tercetak sebagaimana posisinya pada halaman gambar, maka pada Image posisition and size kita set sebagai “As in document”.

3 Untuk mencetak separasi, klik sub jendela Separations. Aktifkan tanda centang disebelah tulisan Print separations. Pada kotak area di bagian bawah akan muncul warna-warna yang terdapat dalam gambar atau dokumen yang akan kita print. Warna-warna yang akan tercetak sebagai hasil separasi ditandai dengan kotak berwarna dan nama warna yang bertanda centang di sebelah kirinya. Jika tanda centang disamping suatu warna kita matikan, maka warna tersebut tidak akan memiliki wakil pada hasil cetakan (tidak ikut tercetak), artinya film untuk warna tersebut tidak akan dicetak.

Untuk mengatur urutan pencetakan per warna, besarnya sudut (angle) dan Frequency (nilai raster) untuk tiap warna, aktifkan tanda centang pada pilihan Use advanced settings atau klik kotak Advanced. Pilihan ini hanya aktif kalau printer yang kita gunakan adalah dari jenis postscript printer. Jika bukan, maka kita tidak dapat mengatur besarnya sudut dan nilai raster hasil cetakan. (Untuk printer bukan postscript kita hanya dapat mengatur nilai dpi saja, yang hanya menghasilkan cetakan yang lebih halus atau kasar).



Pada contoh gambar kita, terdapat satu warna khusus (Pantone 108C). Ini akan membuat hasil cetakan kita akan terdiri atas tiga film, yaitu film untuk warna Magenta, Yellow dan Pantone 108C. Kalau kita tidak ingin ada warna khusus tetapi semua warna dianggap adalah warna prosess (CMYK), maka kita harus mengaktifkan tanda centang disamping kiri menu Convert spot colors to process. Bila ini kita lakukan, maka warna Pantone 108C akan diubah menjadi sebagai mix dari warna prosess Magenta (raster) dan Yellow (raster), sehingga kita hanya akan punya dua film (magenta dan yellow).

Untuk pengaturan film pracetak, kita bisa mengaturnya pada sub menu Prepress. Di sini kita bisa atur :

*

Paper/film setting : Invert , untuk menghasilkan film negatif; dan mirror untuk menghasilkan film terbaca terbalik. Film untuk offset biasanya dicetak mirror (terbalik), sedangkan untuk sablon tidak (kecuali untuk cetak sticker atau flocking).
*

Tanda-tanda cetak dan informasi film.

4. PostScript. Disinilah kita bisa mengatur nilai raster dari film yang ingin kita hasilkan. Sekali lagi, sub menu ini hanya ada bila printer yang kita gunakan adalah tipe PostScript Printer (biasanya jenis-jenis printer laser tertentu — bisa ditanyakan pada penjualnya). Untuk printer yang bukan postScript, menu ini tidak akan tampil.


Pada jendela menu postscript ini kita mengatur screen frequency (nilai raster) film yang ingin kita buat. Untuk sablon biasanya nilai 60 lpi sudah cukup halus. Kalu kita set di atas nilai 60 (misalnya 70 atau 80), maka nanti akan mengalami kesulitan pada saat proses afdruk screen dan proses cetaknya. Untuk sablon spanduk, nilai lpi tersebut bisa kita set dibawah nilai 50 hingga 30 lpi. Makin kecil nilai lpi, makin kasar (dot-nya makin besar) rasternya.

Pengaturan printer lainnya adalah pada sub menu Misc.

Bila semua proses pengaturan pencetakan dengan printer telah kita lakukan dengan benar, maka film separasi yang kita hasilkan dari contoh gambar kita tadi akan seperti gambar di bawah. Kita akan menghasilkan tiga film: A, B dan C yang masing-masing merupakan film untuk warna magenta, yellow dan Pantone 108C. Kita juga dapat menghasilkan tiga film (C, D dan E) dari gambar yang sama jika warna Pantone 108C pada gambar kita set sebagai overprint fill (caranya: klik kanan pada gambar yang berwarna Pantone 108C, kemudian klik/aktifkan tanda centang overprint fill.

Yang Perlu Diperhatikan Dalam Sablon

Dalam pencetakan sablon (terutama untuk kain), ada beberapa masalah yang umum atau sering dijumpai. Keseringan masalah itu adalah ketidak sesuaian antara sample yang sudah di approve oleh customer dengan hasil produksi yang dihasilkan. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah :


1. Perbedaan Warna Hasil Produksi Dengan Sample

Salah warna adalah persoalan yang paling sering ditemui terhadap hasil pencetakan dengan sistem sablon. Salah warna yang dimaksud di sini adalah warna tidak sesuai (berbeda) dengan warna pesanan atau warna yang dikehendaki.

Salah warna bisa disebabkan oleh kesalahan dalam memilih kode warna, merek tinta ataupun kesalahan dalam pencampuran warna ( untuk warna turunan ). Dalam beberapa kasus, kesalahan warna bisa juga diakibatkan oleh penggunaan tinta yang telah “kadaluarsa” atau telah disimpan dalam waktu lama yang berakibat terjadinya degradasi warna (misal untuk tinta pigmen).

Biasanya kesalahan ini berupa warna yang telah disetujui oleh pemesan berdasarkan sample yang kita kirim berbeda dengan hasil cetakan yang kita produksi. Dalam hal ini pihak pemesan mungkin saja menolak produksi kita (reject).

Mungkin untuk beberapa customer perbedaan warna yang tidak terlalu mencolok masih bisa ditolerir. Tetapi, untuk costomer yang sangat detail dalam melakukan quality control hal ini bisa menjadi alasan untuk me-reject hasil produksi kita.

Untuk mencegah terjadinya hal ini, yang harus kita perhatikan adalah :
*

Gunakan tinta dengan kode warna dan merk yang sama dengan yang kita gunakan dalam pembuatan sample;
*

Jika menggunakan tinta hasil pencampuran beberapa warna dalam pembuatan sample, hitung dan catat setiap perbandingan, termasuk penggunaan bahan pengencer dengan teliti. Jangan terlalu percaya pada feeling dan penglihatan.
*

Kalau perlu buat semacam buku panduan untuk menghasilkan suatu warna turunan tertentu, berupa tabel komposisi warna dan warna akhir yang dihasilkan (color swatches) untuk tiap jenis tinta. Perbandingan komposisi warna yang sama bisa menghasilkan warna akhir yang berbeda jika diterapkan pada jenis tinta yang berbeda. Jenis dan warna dasar kain pun bisa mempengaruhi warna hasil cetakan.
*

Cara kita melakukan pencetakan juga bisa berpengaruh terhadap warna akhir hasil cetakan. Misalnya, dengan menggunakan tinta yang sama, hasil cetakan 3 x tarik dengan hasil cetakan 5 x tarikan dapat menghasilkan penampilan warna yang berbeda. Untuk beberapa kasus, cara kita mengeringkan cetakan juga bisa berpengaruh terhadap penampilan warna hasil cetakan. Karena itu, pada proses pembuatan sample, selalu perhatikan dan catat setiap detail langkah yang kita lakukan untuk menghasilkan suatu cetakan.
*

Usahakan untuk selalu menggunakan bahan yang sama dengan warna dasar yang sama dalam pembuatan sample dengan bahan dan warna dasar yang akan digunakan pada proses produksi. Ini juga seringkali berpengaruh terhadap tampilan akhir warna.

2. Salah urutan/penempatan warna

Biasanya terjadi jika kita tidak memberikan panduan (catatan) terhadap urutan cetak terhadap cetakan yang menggunakan banyak warna. Ini bisa berupa kasus seperti nomor 1 ataupun misal munculnya warna yang tidak dikehendaki pada hasil cetakan.

Contoh: adanya warna ke tiga pada cetakan suatu hurup dengan outline pada bagian luarnya. Jika urutan pencetakan warnanya tertukar (warna lebih “kuat” dicetak lebih dulu, sedangkan warna lebih “lemah” yang menumpang diatasnya dicetak belakangan) bisa menghasilkan warna ke tiga berupa bayangan outline, karena warna di bawahnya “naik”.

Sekali lagi, selalu catat setiap detail dalam pembuatan sample termasuk urutan langkah cetak, dan pastikan langkah tersebut dilaksanakan dalam proses produksi.

3. Luntur / warna berubah

Yang dimaksud luntur di sini adalah hasil cetakan hilang (sebagian atau seluruhnya), warna yang berubah setelah beberapa waktu atau setelah dilakukan washing (pencucian). Hal ini bisa diakibatkan oleh :
*

kualitas tinta yang kita gunakan jelek.

Kesalahan komposisi antara bahan dasar, pewarna dan pelarut yang digunakan.
*

Kesalahan dalam proses pengeringan yang tidak tepat (suhu dan lamanya waktu pengeringan)
*
Ketidaksesuaian jenis bahan dengan tinta yang digunakan.

4. Rontok

Mungkin ini istilah lain dari luntur, tetapi lebih khusus pada cetakan tebal atau cetakan timbul. Pada kasus ini, hasil cetakan bisa jadi “copot” dari kain, retak-retak kemudian bisa rontok. Penyebabnya sama seperti untuk kasus luntur.

5.Salah Posisi

Penempatan cetakan yang tidak sesuai dengan yang semestinya. Bisa jadi salah tempat (misalnya harusnya di dada kiri ditempatkan di dada kanan, dst) atau cetakan yang terbalik (atas-bawah; kiri – kanan). Ini terjadi karena :
*

Salah pembuatan/pengaturan penempatan screen.
*

Salah dalam pembuatan film
*

Kesalahan dalam penempatan gambar pada patron/marka.
6. Mis Register

Ini juga merupakan yang paling sering terjadi dalam proses sablon. Jika cetakan terdiri atas lebih dari satu warna, seringkali terjadi hasil cetakan yang “berbayang”, “bolong (ada area kosong yang seharusnya tidak ada)”. Ini bisa terjadi karena :
*

Kesalahan dalam pembuatan screen, terutama penempatan posisi film yang tidak “pas”.
*

Pengaturan penempatan posisi screen pada meja yang kurang tepat;
*

Terjadinya pergeseran posisi screen pada saat pencetakan (screen “goyang”).
* Knok (pembatas posisi dan pergerakan screen) yang goyah, sempal, atau mengalami pergeseran selama proses pencetakan.
*

Cara mencetak, terutama penarikan rakel di atas screen dan pengangkatan screen dari atas cetakan, yang kurang baik.

7. Screen mampet

Screen yang mampet merupakan salah satu masalah yang juga sering dijumpai. Ketika screen mampet, baik pada keseluruhan gambar atau pada sebagian gambar, tentu akan mengganggu kelancaran produksi disamping juga bisa berpengaruh terhadap kualitas hasil cetakan.

Jika mampetnya screen tidak terjadi terlalu sering atau dalam jarak waktu yang agak lama, ini merupakan hal yang wajar. Tapi jika mampetnya screen terlalu cepat terjadi dan sangat mengganggu produksi, tentu ini menjadi masalah.

Screen menjadi sangat mudah mampet (atau mungkin mampet sejak awal) bisa disebabkan :
*

Ketidak sesuaian ukuran mesh screen dengan jenis tinta yang digunakan. Misal, jika menggunakan tinta rubber dan mesh yang digunakan adalah diatas 120, bisa mengakibatkan screen sering mampet atau malah mampet sejak awal.
*

Tinta yang digunakan terlalu cepat kering. Ini bisa disebabkan kualitas tinta ataupun penggunaan pengencer yang terlalu cepat kering.
*

Kesalahan film bisa juga mengakibatkan screen jadi sering mampet. Misalnya film garis yang terlalu tipis atau, kalau itu film raster, rasternya terlalu halus untuk ukuran mesh screen dan jenis tinta yang digunakan.

Itulah beberapa masalah yang sering ditemui dalam proses pencetakan dengan sistem sablon. Mungkin ada beberapa lagi masalah yang dapat terjadi, namun saya rasa hal-hal itulah yang paling umum ditemui.

Film Untuk Sablon

CORELDRAW: MENGATUR FILM UNTUK SABLON BERBEDA DENGAN UNTUK OFFSET

Sebelum kita membahas bagaimana mengatur film untuk sablon dan untuk offset, terlebih dahulu kita mendifinisikan apa itu film untuk offset dan sablon.

Pengertian film: adalah suatu lembar transparan (plastik atau kertas kalkir) yang berisikan gambar hasil print out dari komputer ataupun gambar tangan, yang nantinya gambar tersebut akan kita transfer ke media berikutnya dalam urutan proses cetak (misalnya screen atau plat).

Nah, untuk teknik cetak offset, gambar yang telah kita buat tinggal kita simpan dalam media penyimpanan data baik itu disket, cd atau flash disk, kemudian kita bawa ke penyedia jasa output film. Penyedia jasa output film inilah nantinya yang akan melakukan output gambar yang kita buat tadi menjadi film yang siap untuk proses pembuatan plat atau master.
Tergantung dari pewarnaan gambar yang kita buat, film yang dihasilkan merupakan hasil pemisahan warna per warna (separasi) yang secara otomatis dilakukan oleh peralatan (mesin) output film. Tanda-tanda register, color calibration bardll, semua diatur oleh mesin/peralatan output. Kecuali untuk cetakan satu warna dengan mesin offset kecil dan menggunakan master (basah atau kering), film bisa berupa hasil print out printer laser diatas kertas.

Sedangkan untuk film sablon, lebih sering kita harus melakukan pemisahan warna per warna terlebih dulu, memberi tanda register yang sama persis untuk setiap warna yang kita pisahkan sebelum gambar kita output menjadi film. Kita tidak mesti harus membawa ke penyedia jasa output film. Kita bisa output sendiri film tersebut dengan printer yang dapat mencetak di atas lembar transparan dan memiliki ketajaman yang tinggi (printer laser).

Perbedaan utama antara film sablon dan film offset dapat kita sebutkan diantaranya adalah :

1. Tanda register yang untuk sablon biasanya harus kita buat sendiri, terutama untuk gambar dengan dua warna atau lebih.

2. Besarnya masukan (overprint) antara warna satu dan warna lainnya.

3. Teknik pemisahan warna untuk warna gradasi.

4. Nilai raster (lpi) untuk gambar-gambar dengan gradasi warna ataupun separasi.

Ada baiknya kita pelajari satu per satu.

1. Tanda register

Misalkan kita memiliki gambar logo sebuah hotel yang terdiri atas tiga warna seperti di bawah ini:

Sebelum kita melakukan pemisahan warna gambar tersebut, kita mesti memberikan tanda register. Biasanya berupa garis tipis saling silang atau dengan tambahan lingkaran di tengahnya. Tujuannya adalah untuk memudahkan penyocokan gambar warna per warna bila sudah berbentuk film, serta untuk pengaturan posisi film di atas screen agar lebih mudah dan lebih tepat. Untuk proses sablon, pencetakan dilakukan secara manual (dengan tangan). Penempatan screen di atas meja sangat menentukan ketepatan gambar hasil cetakan. Pengaturan posisi gambar di atas screen juga menentukan pengaturan screen di atas meja. Penempatan posisi gambar di atas screen yang tidak sama antara warna satu dengan warna lainnya akan menyulitkan operator cetak, bahkan dapat membuat hasil cetakan yang tidak pas (berbayang, tidak “pasti”).

Gambar di atas terdiri dari tiga warna, yaitu kuning, orange dan biru. Setelah kita pisahkan warna per warna, maka kita akan memiliki tiga gambar seperti berikut:

Gambar yang lebih di atas merupakan hasil pemisahan dari tiga warna gambar, yaitu kuning (gambar bintang), orange (dasar dan tulisan “five star hotel”) serta biru (logo tengah). Untuk menjadi film, semua gambar harus berwarna hitam. Sehingga gambar-gambar tersebut akan menjadi seperti gambar yang berada di barisan bawah. Perhatikan bahwa tiap gambar dengan tanda register merupakan kumpulan objek-objek dengan warna yang sama. Apabila di atas warna tersebut terdapat warna lain (di atas dasar orange ada bintang dengan warna kuning), maka warna lainnya di buat menjadi putih.

Langkahnya adalah pertama kita melakukan duplikasi gambar besertat tanda registernya sesuai dengan jumlah warna dalam gambar tersebut. Misalnya gambar memiliki tiga warna, maka setidaknya kita melakukan duplikasi menjadi tiga gambar yang sama. Kemudian pada setiap gambar kita hanya mengambil objek-objek dengan warna yang sama saja. Objek dengan warna lain kita hapus atau kita beri warna putih seperti pada contoh di atas tadi.

2. Besarnya Masukan (Overprint)

Pencetakan dengan sablon adalah pencetakan manual dengan menggunakan screen. Namanya juga pencetakan manual, pastilah memiliki tingkat ketelitian dan ketepatan yang lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan mesin. Karena itu, penempatan warna satu dengan warna lainnya tidak bisa setepat dengan menggunakan mesin. Ambil contoh gambar kita tadi. Dengan teknik sablon, gambar tadi akan mengalami tiga kali proses cetak: yaitu pertama dicetak warna kuning (gambar bintang), kemudian warna orange (tulisan dan dasar), lalu terakhir warna biru (logo). Urutan cetak dimulai dengan warna yang paling muda, diikuti oleh warna yang lebih tua dst.

Karena memiliki tingkat ketepatan yang lebih rendah dari pencetakan dengan mesin, hasil cetakan dengan sablon lebih sering mengalami apa yang disebut dengan misregister atau warna meleset (lihat gambar di bawah).

Untuk mengatasi hal tersebut, film untuk sablon biasanya diberi nilai overprint (biasa disebut dengan istilah “masukan”) yang lebih besar. Tergantung dengan besarnya gambar, nilai tersebut tidak boleh lebih kecil dari 0,2 mm. Jika kita memberikan nilai yang terlalu kecil, maka akan terjadi misregister atau warna meleset pada saat pencetakan. Sebaliknya, nilai masukan yang terlalu besar juga akan menghasilkan cetakan yang seperti memiliki warna lain di luar warna yang kita gunakan.

Pengaturan pemberian masukan untuk film sablon adalah: untuk gambar dengan warna yang lebih muda, gambar tersebut kita perbesar sedikit dengan perintah contour (+ 0,2 mm) ataukah dengan memberikan outline (+0,4 mm). Jadi untuk contoh gambar kita, gambar setiap bintang kita perbesar dengan contour ke arah luar sebesar 0,2mm atau dengan memberikannya outline sebesar 0,4 mm.

Sedangkan untuk warna yang lebih tua kita buat tetap seperti adanya.

3. Pemisahan Warna Untuk Warna Gradasi

Film gradasi warna untuk sablon biasanya terdiri atas warna blok dan warna gradasi dengan titik awal warna putih. Misalnya kita punya gambar dua warna gradasi dari kuning ke merah. Film untuk sablon yang kita buat akan terdiri dari satu film blok (mewakili warna kuning) dan satu film yang merupakan hasil penukaran warna merah dengan hitam dan kuning dengan putih.( lihat gambar). Warna kuning kita buat menjadi satu warna blok (full hitam), karena kuning lebih “muda” dari merah.

4. Nilai Raster (Untuk Gradasi Warna atau Separasi)

Screen yang digunakan dalam teknik cetak sablon memiliki ukuran-ukuran yang menunjukkan tingkat kerapatan mesh yang digunakan. Ini dapat digunakan untuk menunjukkan seberapa besar “lubang-lubang” yang dapat ditembus oleh tinta sablon. Makin besar angka mesh screen, makin kecil lubang-lubang itu. Begitu sebaliknya. Perbedaan jenis tinta yang kita gunakan dalam pencetakan akan menentukan nilai mesh screen yang kita pakai. Untuk jenis tinta plastisol atau oil ink misalnya, kita bisa menggunakan screen dengan nilai mesh 130 – 150. Tetapi nilai mesh tersebut tidak bisa kita pakai untuk jenis tinta rubber atau glitter. Tintanya tidak akan tembus. Untuk jenis rubber biasanya digunakan screen dengan mesh 110 atau kurang.

Sebelum kita membuat film untuk warna gradasi atau separasi, sebaiknya kita mengetahui dulu jenis tinta apa yang akan digunakan dalam mencetak. Ini nanti untuk menentukan seberapa besar nilai LPI yang kita tetapkan pada saat output film. Untuk film sablon, nilai LPI yang digunakan biasanya tidak akan lebih besar dari 60. Itu bisa digunakan untuk jenis tinta water base (pigmen), oil ink, ataupun plastisol. Sedangkan untuk jenis tinta rubber, nilainya harus lebih rendah dari itu. Biasanya maksimum digunakan 50 lpi, lebih sering digunakan nilai 30 – 35 lpi.

Teknik Tata Letak Sablon

Cara Mengatur Tata Letak Gambar Sablon Supaya Jangan Bergerak
Bagi sebagian Anda yg masih bingung dengan sering berubahnya letak gambar sebelum disablon, ini ada sedikit trik dari Saya. Kadang utk meletakkan gambar kecil2 apalagi harus berlainan tempatnya sangat memusingkan. Seperti Saya ini, Saya tidak suka mengatur tata letak gambar sablon di bawah mesin heat press. Selain Panas, lapisan Lem di Opaque cepet sekali bereaksi lengket kalo terkena panas. Saya yakin Boss2 sekalian pernah mengalami gambar sablonan lengket karena kelipet2. Dan sangat susah utk melepaskan karena sudah lengket sedikit. Apalagi gambar2 yg di trim berbentuk jilatan api yg lebarnya kecil2. Wuihhhh kadang2 bisa rusak gambar karena lengket.
Tenang, ada 1 trik bagus yg saya temukan. Dan ini berkat bantuan Bpk. Maulana. Sewaktu Bpk.Maulana ini ngobrol tentang suka duka di sablon digital,secara tidak sengaja saya menemukan cara ini dari pembicaraan dengan Bpk.Maulana tadi. Terima Kasih Pak atas pengalamannya.
Ini cara sangat mudah, tetapi membutuhkan alat yg namanya strika baju. hehehehehee.
Pertama2 panaskan kaos yang akan disablon. (supaya tidak lembab). Nah setelah itu bawa aja kaosnya ke meja dimana Boss2 mau menyusun gambar di baju. Setelah disusun satu persatu, seumpama tulisan atau gambar kecil2 pisah, Tutup gambar2 tersebut dengan backing paper.
Nah ini dia magicnya. Sehabis tutup gambar2 itu dengan backing paper, Tekan Gambar yg ada Backing papernya itu dengan strika selama 5-10 detik lah, tidak usah terlalu lama. Saya jamin gambar2 itu sudah tidak akan bergerak lagi, karena sudah setengah menempel di Kaos. Mudah kan. LAlu Tinggal bawa aja ke bawah mesin Heat Press, Press deh dgn suhu yg dianjurkan oleh Coastal utk Inkjet Opaquenya. Jadi. deh. Mudah kan.
Kalo untuk kasus yg menggunakan JPSS. Lebih mudah. Pakai aja Masking Tape tahan panas yg telah dipotong2 selebar selotip. Letakkan gambar yg akan disablonkan ke baju. Selotip dengan masking tape. Bawa ke Heat Press, Lalu press deh sesuai suhu JPSS. Selesai kelet panas2 lalu stretch. Jadi deh.
Jadi mulai sekarang, ngak akan ada lagi deh gambar sablon yg miring/ kurang pada tempatnya karena bergerak sewaktu memindahkan baju.
Oh Yah, Hati2 Dalam menempelkan strika pada Sablon. HArus ada Backing Paper/ Dazzle Trans/ Silicon Sheet/ Teflon Sheet diatas Inkjet Opaque. Kalo tidak Gambar bisa nempel pada strika, yg menyebabkan sablon rusak.

Alat2 Sablon

Sebelum kita tau tentang teknis proses menyablon, lebih dahulu kita kudu kenal beberapa peralatan dan perlengkapan yang penting dalam sablon.

Peralatan inti yang kita butuhin beserta penjelasannya ney..

1. Film sablon. Ni bisa dikatakan model gambar/desain/tulisan yang bakal kita tuangkan dalam obyek sablon (kaos, kertas, plastik, karton, dsb. Film ini dibikin melalui desain komputer yang diprint pake tinta laser (sebenere pake tinta printer biasa siy bisa aja, tapu hasilnya kurang bagus/tajam). Desain sablon kebanyakan dibikin pake Corel ataupun Adobe.

2. Screen (baca: skrin), ni media yang dipake untuk mengantarkan tinta sablon ke obyek sablon. Bentuknya balok yang disusun persegi empat kemudian dipasang kain khusus. Ukurannya bermacam-macam, misalnya ada screen yang berukuran 30x40cm, 20×30 cm, sampe ada screen ukuran “raksasa” yang biasa dipake wat bikin spanduk.

3. Rakel. Ni temennya Screen, gunanya untuk mengkuaskan tinta sablon yang ada di Screen supaya tercipta gambar di obyek sablon. Bahannya dari karet yang diberi pegangan kayu memanjang.

4. Tinta sablon. Bermacam-macam jenis dan nama tinta bergantung dari sablonan apa yang mo kita bikin. Tinta yang buat sablon kos aja ada banyak macamnya. Ada juga tinta sablon kaos yang bisa bikin timbul setelah kita setrika.

5. Cairan-cairan pencampur. Ni gunanya wat mencampurkan tinta agar sesuai dengan tingkat kekentalan and warnanya. Bisa cairan M3, M3 Super, tinner, minyak tanah, dan sebagainya.

6. Meja sablon. Tentunya kalo kita mo nyablon perlu meja sablon wat ngletakin obyek sablonannya. Meja sablon ni terbuat dari rangka besi ato kayu. Di bagian atas adalah kaca transparan, dan dibawahnya diletakkan lampu neon agar bisa terlihat jelas saat menyablon.

7. Hair dryer. Jangan kira alat ini cuman dipake di salon aja. Ni berguna untuk mengeringkan sablonan, apalagi pada saat musim hujan yang jarang ada sinar matahari terik.

8. Lampu Neon, temannya meja sablon. Diletakkan di bawah kaca meja yang ditempel dengan rangka besi ataupun kayu.

9. Tempat penjemuran. Ini bisa berupa kayu panjang berukuran 1,5 meter untuk tempat menjemur kaos yang sudah disablon agar cepat kering. Jumlahnya tergantung banyaknya kaos yang disablon. Peran sinar matahari terik sangat dibutuhkan agar proses pengeringan lebih cepat.

10. Beberapa peralatan pendukung. Seringnya kita lebih banyak membutuhkan beberapa peralatan pendkung agar menyablon lebih mudah dan cepat. Banyak perlatan yng kadang tak terpikirkan malah bisa mmebantuk proses menyablon ini.

Macam2 Sablon

a. Rubber
yg paling sering digunakan. Bisa untuk kaos berwarna gelap maupun terang karena sifatnya yang menumpang dan menutupi rajutan kain. UNtuk sablon diatas dasar kain yg melar dibutuhkan cat rubber dengan ramuan khusus agar cat dapat mengikuti kelenturan kain dan berdaya tahan lama.

b. Pigmen (manusia babi :) ),
sorry bukan, ini cat yang biasa dipakai untuk kaos berwarna terang karena sifatnya yg menyerap kedalam kain.

c. Plastisol,
cat berbahan dasar minyak, dengan kemampuan istimewa untuk mencetak dot/raster super kecil dengan hasil prima. Tanpa limbah dan sangat irit. Sayangnya butuh invest yg banyak bila menggunakan cat ini karena untuk mengeringkannya dibutuhkan sinar infra merah.

d. Glow in the dark,
cat yg menyala saat kaos berada ditempat gelap. Bisa rubber, pigmen maupun plastisol.

e. Reflektif,
cat yang akan menyala jika kaos disinari oleh sebuah sumber cahaya. Dari 3M.

f. Discharge,
cat dengan kemampuan menipiskan/menghilangkan warna dasar kaos kemudian diisi dengan warna baru sesuai dengan kebutuhan.

g. Flocking,
cat dengan bentuk jadi seperti beludru.

h. Foam atau cat timbul.
Ada rubber, ada juga plastisol, tapi bentuk timbul keduanya berbeda.

Separasi proses pemisahan warna disain untuk dijadiin film. Nah jenisnya ada 2 kalo ga salah. Ada yg spor color ato warna blok biasanya ini untuk disain berbentuk vektor, ada yg raster namanya process color. Disebut process color soalnya kalo pake cat plastisol warna2 yg udah dipisahin itu udah ada (udah diproses duluan, maksudnya udah ada yg jual jadinya kita ga perlu nyampur lagi), tapi bisa juga dipake buat cat rubber, tapi ga begitu bagus karena cat palstisol keunikannya adalah bisa ditumpuk pada saat masih basah jadi warnanya bisa nyampur.

Sablon Glitter, Sablonan yang memakai tinta berupa campuran serbuk, ada yg halus ada yg kasar, makin kasar makin renggang pula jenis screen yg digunakan.

Sablon Foil, Sablonan dengan menggunakan bahan kertas logam, hmm kaya foil yg ada di undangan2 gitulah.

Sablon High Density , Sablonan timbul dari jenis plastisol. Kalo dirubber disebutnya Foam (timbul busa) Kalo high density timbulnya bener2 kotak presisi sedang foam timbulnya melengkung
Sablon High Frequency tuch apa? Ha, apa pla ini bah? gw belon tau, tapi kalo dari namanya mungkin sablon dengan cat plastisol yg memakai raster2 kecil, makanya disebut high frequency abis rasternya rapat banget (plastisol bisa 55 sampe 60 pdi (dot per inch))

Sablon Aspal, Salah satu jenis plastisol. Bentuk jadinya ya kaya aspal,… item (warna laen ada ga yaa) dan rada2 kasar dan agak mengkilat gitu,….

Jenis Tinta Sablon

Tinta diatas bahan kaos terdiri dari 2 jenis tinta, yaitu tinta yang berbasis air atau waterbase inks dan tinta yang berbasis minyak atau solvenbase. Tinta solvenbase sering disebut dengan istilah plastisol.

JENIS CAT WATERBASE:
CAT RUBBER:
Tinta ini digunakan khusus untuk sablon diatas kain gelap. Sebab tinta ini bersifat pekat, dapat menutup permukaan warna kain dengan baik. Tinta rubber umumnya digunakan untuk underbase, underbase sendiri difungsingkan sebagai penutup warna kain sebelum penyablonan warna-warna diatasnya. Tinta rubber sendiri dibagi menjadi dua jenis untuk dua fungsi kegunaan. Jenis pertama adalah tinta rubber white yang digunakan untuk underbase/dasar, bisa juga digunakan untuk mendapatkan warna-warna pastel/muda. Jenis kedua adalah rubber color yang digunakan untuk pencampuran warna-warna tua. Untuk mendapatkan warna putih yang bersih dan cemerlang, campurkan tinta rubber white dengan sedikit pigmen/pewarna berwarna nila atau ungu.

CAT TRANSPARAN:
Umumnya disebut dengan coating, karena dapat difungsikan sebagai pelapisan hasil sablon, sehingga hasil sablon lebih cemerlang atau mengkilap. Tinta ini memiliki bentuk seperti tinta extender yang transparan, tetapi memiliki kandungan yang lebih kuat atau lebih keras. Tinta ini baik sekali untuk teknik penyablonan separasi empat warna dengan terlebih dahulu memberikan rubber white pada permukaan bahannya.

CAT EXTENDER:
Tinta in bersifat transparan, hanya cocok untuk penggunaan diatas bahan putih atau bahan-bahan berwarna terang. Sifat dari cat ini adalah menyatu/menyerap pada bahan.

CAT SUPER WHITE:
Tinta ini hampir sama jenisnya dengan tinta rubber, terdiri dari dua jenis yaitu white dan color. Tinta ini sifatnya lebih mendekati tinta extender yaitu menyatu dengan bahan dan transparan, serta dapat disablon diatas dasar bahan berwarna gelap.

CAT PUFF/TIMBUL:
Tinta ini terdapat pada kedua jenis tinta baik underbase maupun plastisol. Tinta ini memerlukan pemanasan yang akan mengakibatkan tinta ini mengembang dengan efek timbul.

CAT SOLVENBASE/PLASTISOL:
Tinta ini berbahan dasar PVC dan harganya cukup mahal serta membutuhkan peralatan khusus untuk pengeringannya. Sebab tinta ini tidak dapat kering dengan sendirinya seperti tinta waterbase pada umumnya. Untuk dapat kering dengan baik, tinta ini memerlukan suhu mencapai 160 derajat celcius serta membutuhkan beberapa peralatan seperti conveyor curing dan flash curing. Setelah pengeringan dengan benar, tinta plastisol ini memiliki daya rekat yang sangat baik. Tinta ini sering digunakan untuk menciptakan efek-efek yang menakjubkan seperti high density. Dan t-shirt yang menggunakan tinta plastisol selalu diberi peringatan ”Do not iron on design”, sebab tinta ini akan meleleh jika terkena panas secara langsung dari setrika.

JENIS CAT PLASTISOL:

CAT ALL PURPOSE:
Tinta ini berbentuk transparan, bersifat seperti extender pada tinta waterbase. Sebab tinta ini hanya baik digunakan pada kain berwarna putih atau terang.

CAT HIGH OPACITY:
Tinta ini mempunyai sifat seperti rubber dalam waterbase, hanya saja tinta ini mempunyai daya tutup yang lebih baik pada permukaan bahan jika dibandingkan dengan tinta rubber. Tinta ini dapat digunakan untuk teknik high density.

CAT ATHLETIC PLASTISOL:
Tinta ini bersifat lentur atau elastis sehingga sangat cocok untuk penyablonan diatas kain polymesh, spandex atau kain dengan motif berlubang-lubang.

CORK BASE:
Berjenis plastisol, tinta ini dapat digunakan untuk teknik high density yang akan menghasilkan efek seperti busa atau gabus. Tinta ini memiliki kelenturan dan fleksibelitas yang tinggi sehingga cukup baik untuk penyablonan diatas bahan yang memiliki kelenturan tinggi seperti bahan Spandek dan Rib. Tinta ini juga tidak diperbolehkan untuk di dry clean, bleach atau disetrika.

SHIMMER GOLD & BASE:
Tinta dari jenis plastisol ini diformulasikan untuk menghasilkan warna seperti metalik. Tinta ini berbentuk pasta dan siap pakai. Tinta ini sangat baik digunakan untuk heat transfer, baik itu cold peel maupun hot peel. Sangat baik digunakan pada kain knitting, cotton, polyster dan rayon. Tidak disarankan untuk pemakaian pada kain jenis nylon atau lycra.

HIGH DENSITY CLEAR:
Tinta yang bersifat transparan, tinta ini menghasilkan efek sablon yang mengkilap dan terkesan basah.

WILFLEX LUNA CLEAR:
Tinta plastisol transparan yang tidak terlihat dengan sinar lampu biasa, akan muncul jika terkena sinar ultraviolet.

NATURAL SUADE:
Tinta plastisol yang menghasilkan efek kulit yang sangat lembut.

JENIS CAT DAN TEKNIK LAINNYA:
YELLOW SPARKLE:
Bubuk yang diformulasikan untuk menimbulkan kesan berkelip-kelip, serta memiliki tampilan yang glosy. Untuk mencetak bubuk ini, sebelumnya harus mencetakkan tinta plastisol sebagai dasar sekaligus sebagai perekat bubuk ini.

FOIL TRANSFER:
Aluminium foil dalam bentuk lembaran seperti kertas. Selain warna silver dan gold, foil juga tersedia dalam macam warna dan motif. Untuk media tempelnya foil ini membutuhkan lem khusus.

FLOCK:
Teknik sablon yang menghasilkan efek cetakan seperti beludru. Terdapat dua jenis flock, bubuk dan lembaran. Untuk lembaran membutuhkan lem khusus sebagai media perekatnya.

SUGAR PRINTING:
Aplikasi sablon yang berbentuk bubuk transparan mirip gula pasir.

GLOW IN THE DARK:
Berbentuk serbuk yang menyerap dan memantulkan sinarnya kembali didalam ruangan gelap.

REFLECTIVE POWDER:
Serbuk yang dapat memantulkan sinar jika terkena cahaya lampu atau sinar matahari.

DISCHARGE AGENT:
Adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencabut warna dasar kain, sehingga warna bahan menjadi putih/grey. Dan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, bahan pewarna kainnya harus dipilih dengan yang dischargeable.

DISTRESSED atau VINTAGE:
Teknik inovasi grafik dengan membuat tekstur sehingga gambar terlihat pecah-pecah dan terlihat usang/kuno.

SHATTER BASE:
Jenis tinta untuk menciptakan kesan pecah (crack). Tinta ini diciptakan agar mudah pecah saat mengering dan untuk pengeringan membutuhkan flash curing.

ROCK BASE:
Teknik high density menggunakan tinta rock base untuk menghasilkan cetakan dengan permukaan kasar seperti batu.

SUBLIMATION TRANSFER:
Gambar yang dicetak diatas kertas transfer, yang kemudian ditransfer ke kaos menggunakan hotpress. Sublimation transfer umumnya terbagi dalam menjadi dua jenis, hot peel dan cold peel.

HOT PEEL:
Gambar yang diprint diatas kertas transfer.

COLD PEEL:
Kertas transfer yang berisi gambar jadi dengan berbagai jenis pilihan. Jenis cold peel ini jika diaplikasikan diatas kain kaos akan menghasilkan tekstur seperti tinta rubber, dan dapat diaplikasikan diatas dasar bahan terang maupun gelap. Sebab dalam pembuatannya cold peel menggunakan tinta plastisol.

RHINESTONES HEAT PRESS:
Aplikasi yang digunakan untuk dekorasi dalam garmen, mempunyai beragam nama sesuai dengan bahan yang digunakan, anatara lain nailheats, rhinestones dan swarovski crystals. Cara pengaplikasiaannya hanya dengan memanaskannya dengan mesin hot press pada suhu 160 derajat celcius selama 10 detik.

HIGH FREQUENCY WELDING:
Proses aplikasi menggunakan mesin high frequency, seperti aplikasi plastik PVC diatas kain.

EMBOSS PRINT:
Aplikasi yang menggunakan mesin press tekanan tinggi untuk menciptakan hasil emboss diata

Membersihkan Screen Sablon

Screen dapat anda pakai secara berulang – ulang sampai kain screen tersebut robek atau tidak dapat dilalui lagi oleh tinta sablon.

Dengan melakukan perawatan yang benar, maka anda dapat melakukan penghematan dalam membeli screen yang baru.

Nah, salah satu perawatan yang perlu anda lakukan adalah dengan selalu melakukan proses pembersihan terhadap screen, baik screen itu hendak dipakai atau akan anda simpan untuk dipakai di kemudian hari.

Ada dua kondisi dimana anda harus membersihkan screen, yaitu pertama untuk menghilangkan sisa – sisa tinta seusai menyablon dan kedua untuk menghapus obat afdruk / stencil sehingga kain saring terbebas dari obat afdruk tersebut seperti kondisinya yang semula.

Ada banyak obat / bahan – bahan kimia yang dapat anda gunakan untuk proses ini, semua memiliki kelebihan dan kekurangannya masing – masing, jadi anda harus mencoba – coba sendiri mana yang lebih efektif yang dapat anda gunakan. Tapi jangan khawatir, di Tutorial ini akan kami coba bahas secara lengkap.

Pertama, membersihkan screen dari sisa – sisa tinta :

Sebelumnya, kami menganjurkan untuk tidak membiarkan tinta yang telah anda tuangkan diatas screen sampai mengering. Tinta – tinta textile terutama tinta rubber / karet saat mengering akan menggumpal dan dapat menyumbat pori – pori kain saring / screen. Bila gumpalan tinta ini tersangkut diantara sela – sela kain saring, maka akan sangat sulit untuk dibersihkan. Untuk itu selalu biasakan diri anda untuk membersihkan tinta diatas screen sebelum tinta itu menjadi kering.

Untuk membersihkan tinta yang masih belum mengering anda cukup membersihkannya dengan lap yang telah dibasahi dengan air, atau anda juga dapat membersihkannya dengan bantuan air yang mengalir dan mengusapnya secara perlahan sampai tinta tersebut bersih semuanya dari screen. Namun hati – hati, karena meskipun obat afdruk yang anda gunakan berjenis waterbase yang relatif dapat menahan serangan air, tapi dalam intensitas tertentu air dapat merusak afdrukkan yang telah anda buat.

TIPS 1 : anda dapat menggunakan cairan PRINTOL / Textile Retader untuk membantu melunakkan sisa – sisa tinta textile yang sedikit sulit untuk dibersihkan. O ya, cairan ini dapat juga membantu anda dalam proses penyablonan ( terutama untuk tinta jenis rubber / karet ), karena berfungsi menghancurkan tepung yang terkandung di jenis tinta seperti ini, sehingga saat anda menyablon akan terasa lebih mudah dan tinta tidak cepat mengering.

TIPS 2 : bila anda berminat untuk menghancurkan afdrukan yang telah anda buat karena anda sedang iseng Tongue out atau anda memang ingin mengganti gambar yang anda ingin cetak, namun sisa – sisa tinta yang ada tidak mau hilang, anda boleh mencoba kombinasi bahan – bahan kimia sebagai berikut ; cairan kaporit / bayclin boleh dicampur dengan cairan soda api / coustic ( hati – hati cairan ini sangat gatal bila terkena kulit, jadi usahakan untuk menggunakan sarung tangan karet yang tebal saat menggunakannya ), dan anda juga bisa mencoba untuk menambahkan cairan M – 3 untuk merontokkan tinta tersebut. Semoga berhasil kawan – - O ya, anda perlu menyiramkan cairan kombinasi ini ke seluruh permukaan screen dan tunggu beberapa saat ( kurang lebih 15 – 30 menit ) lalu setelah itu bilas dengan semprotan air yang bertekanan tinggi.

TIPS 3 : bila semua cara telah anda coba namun tetap gagal, ini berarti saatnya anda mempraktekkan jurus rahasia yang telah anda pelajari dari suhu anda, dengan jurus dewa mabuk, pasang kuda – kuda anda, lalu tendang sekuat mungkin screen tersebut sehingga membuat lubang yang menganga di kain saring, bila anda sudah merasa puas setelah membalaskan dendam membara anda, anda bisa mempertimbangkan untuk ;

1. Membeli screen baru

2. Memasang kain saring / screen baru di bingkai lama yang telah anda lubangi tersebut. Tongue out

Kedua, membersihkan screen dari obat afdruk :

Ada beberapa obat / bahan pembersih screen yang dapat anda gunakan untuk melakukan proses ini, seperti misalnya ;
REMOVER PASTA :

Pembersih berbentuk pasta ini cukup efektif untuk membersihkan screen yang relatif bersih dari kotoran ( sisa tinta ), kelebihannya adalah sifatnya yang ramah lingkungan sehingga cukup aman untuk kulit dan tidak akan merusak kain saring anda / screen. Cara penggunaannya : cukup dioleskan secara merata ke bidang screen yang masih terlapisi oleh stencil / obat afdruk ( setelah terbebas dari bekas tinta ), biarkan obat ini bekerja ( sekitar 5 menit ), lalu siram dengan air bertekanan tinggi, ulangi proses bila stencil belum bersih sempurna.
CAIRAN KAPORIT & SODA API ( COUSTIC ) :

Bahan kimia yang cukup keras, jangan coba – coba mandi pakai cairan ini dijamin anda akan gatal – gatal Laughing. Sudah diakui keandalannya oleh para praktisi sablon untuk menghilangkan bekas stencil / obat afdruk, terutama karena harganya yang sangat terjangkau. Kekurangannya adalah kalau digunakan secara berlebihan dapat merusakkan kain saring / screen. Cara penggunaan : larutkan bubuk kaporit dengan air hangat secukupnya ( usahakan anda membeli serbuk kaporit yang berbentuk tepung halus – bukan yang butiran ) aduk sampai merata, lakukan yang sama dengan soda api ( hati – hati soda api akan menimbulkan reaksi kimia ketika dilarutkan dengan air – jadi gunakan wadah yang tahan panas dan jangan dekat – dekat ketika proses ini terjadi ), campur kedua cairan ini menjadi satu dengan perbandingan 1 : 1, siramkan cairan ini ke screen yang ingin anda bersihkan, gosok secara perlahan dan merata menggunakan sikat gigi bekas, diamkan beberapa saat, setelah obat afdruk terlihat meluntur, siram dengan air bertekanan tinggi sampai screen bersih secara sempurna.
PEMBERSIH CAIR

Mirip seperti cairan kaporit & soda api, namun lebih bersahabat terhadap kain saring / screen. Daya bersihnya cukup bagus, penggunaannya sangat mudah cukup disiramkan saja, diamkan beberapa saat sampai obat bekerja, lalu siram dengan air bertekanan tinggi.
GHOST REMOVER / FABRIC REGENERATOR

Apa ??!! Pembasmi Hantu ?? emangnya roh gentayangan bisa ikutan nyablon yach ?? Tongue out

Hehehe … ini bukan hantu beneran, tapi sifatnya sama – sama nyebelin. Yang dimaksud disini adalah terjadinya pembayangan yang disebabkan oleh tinta yang tersangkut disela – sela jaring kain saring. Biasanya pembayangan ini sulit sekali dibasmi oleh obat pembersih stencil / obat afdruk biasa, dan kalo dibiarkan bisa mengganggu saat pencetakan berikutnya. Jadi anda bisa menggunakan Ghost Remover / Fabric Regenerator Pasta untuk menghilangkannya, cara penggunaannya mirip dengan Remover Pasta.
DEGREASER

Sebenarnya obat ini fungsinya untuk membersihkan sisa – sisa kotoran yang masih menempel di screen seperti ; debu, minyak, tinta, dsb. Ada yang berbentuk pasta dan ada juga yang berbentuk cairan. Meskipun fungsinya cukup penting sebagai salah satu rangkaian dalam proses pembersihan screen, namun banyak praktisi sablon di Indonesia yang tidak menggunakannya, apalagi alasannya kalau bukan karena harganya yang mahal. Alternatif murah yang bisa anda gunakan adalah dengan menggunakan campuran sabun colek dengan M 3 ( meskipun sedikit ngaco karena M 3 itu sebenarnya minyak ). Bila anda ingin agar screen anda awet dan selalu bersih, maka sebaiknya anda selalu menggunakan obat degreaser ini sebelum anda menggunakan obat pembersih stencil / obat afdruk, juga setelah obat adruk tersebut dibersihkan dari screen ( untuk menghilangkan sisa obat pembersih yang masih tersisa di screen, karena dapat mempengaruhi hasil afdrukan anda selanjutnya ).

Bahan Printing


Pasta Printing adalah bahan tinta sejenis pasta, yang ditujukan untuk pembuatan jenis Tinta Timbul, bahan ini menggunakan air sebagai bahan pelarutnya. Adapun merk-merk yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tinta Plastik


Tinta Plastik (Basis Minyak)

Tinta plastic termasuk kedalam katagori tinta berbasis minyak (Solvent oil). Karena tinta ini hanya dapat dilarutkan dengan menggunakan minyak, adapun merk-merk yang berkualitas baik dengan harga yang terjangkau, ada pada merk-merk tersebut dibawah ini :

Tinta Kain


Tinta Kain (Timbul-Tidak timbul)

Suatu jenis tinta berbasis air, artinya tinta jenis ini menggunakan air sebagai bahan pelarutnya. Tinta ini terdiri dari tinta biasa (tidak timbul) dan Tinta yang baik dengan suatu perlakuan ataupun tidak, dapat mengakibatkan tulisan (gambar) yang disablonkan timbul (mempunyai textur).

Tinta Kertas


Tinta Kertas

Tinta Kertas termasuk kedalam katagori Tinta berbasis minyak, artinya untuk merk-merk yang banyak digunakan konsumen, selain karena murah, tetapi tetap berkualitas tinggi, adalah merk-merk sebagai berikut :

Bahan Afdruk Sablon


Bahan afdruk

Bahan afdruk ini adalah bahan pokok untuk membuat film (klise) pada screen. Ada yang berupa larutan, ada juga berupa lembaran afdruk.

· Larutan afdruk merupakan campuran antara emulsi dan cairan sensitizer (cairan peka cahaya).

· Ulano X, suatu cairan kimia yang berfungsi menguatkan lapisan afdruk pada screen, supaya tidak rontok, cairan ini diberikan setelah proses afdruk selesai.

· Kaporit (cairan pemutih) digunakan untuk menghapus film, setelah screen rampung digunakan.



· Screen laquer merupakan cairan yang digunakan untuk mengkoreksi (menambal) hasil afdruk film dari kemungkinan bocor.

Sekilas Cetak Sablon

Cetak Sablon merupakan bagian dari ilmu grafika terapan yang bersifat praktis. Jika diuraikan menggunakan kain Gasa, biasa disebut Screen, pada bidang yang menjadi sasaran cetak. Gambar yang tercetak pada objek cetak akan sesuai dengan model atau klise yang terdapat pada screen. Karenanya, model pada screen ini merupakan acuan cetak untuk menyablon model-model selanjutnya. Dengan sablon, pekerjaan cetak mencetak (printing) menjadi lebih cepat & lebih mudah.



Istilah cetak sablon juga memiliki konotasi lain, yakni kegiatan cetak mencetak grafis yang dilakukan secara manual oleh tenaga orang. Namun, saat ini telah dikembangkan teknik cetak sablon dengan menggunakan mesin.



Selain cetak sablon, ada teknik cetak lain, yakni cetak offset. Cetak offset merupakan suatu sistem cetak yang menggunakan acuan berupa lembaran aluminium, dikenaScreen kmplt+Rakel.jpgl dengan sebutan Plat, atau kertas yang disebut dengan Master. Sistem cetak ini menggunakan prinsip tolak menolak antara air & minyak.



Jika dibandingkan, kedua proses diatas, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Hasil cetak mesin memiliki kecepatan, ketepatan dan akurasi gambar yang cukup tinggi. Sementara itu, sablon, hasil cetaknya sangat relatif. Artinya, kualitas hasil cetak sablon tergantung dari individu yang melakukannya. Jika yang melakukan sudah berpengalaman dan terlatih, tentu hasil cetaknya akan berkualitas. Kelemahannya, kecepatan cetak sablon tidak bisa menyamai kapasitas kecepatan mesin.



Akan tetapi, bukan berarti mencetak dengan menggunakan mesin akan jauh lebih unggul. Pasalnya ada beberapa pekerjaan printing yang tidak dapat dilakukan oleh mesin. Pekerjaan ini hanya dapat dilakukan secara manual, yakni dengan cetak sablon. Offset hanya dapat mencetak pada bidang datar. Sebaliknya cetak sablon, aplikasinya dapat diterapkan pada berbagai bidang, dengan syarat permukaan bidang tersebut rata. Karena itu, cetak sablon dapat dilakukan dihampir semua jenis benda padat, seperti kertas, plastik, mika, kain, aluminium, seng, kaca, gelas, dan porselen dengan berbagai macam ukuran.



Kelebihan cetak sablon lainnya adalah modal yang diperlukan tidak besar, sehingga usaha sablon dapat dikatagorikan sebagai bisnis rumahan dengan modal yang relatif kecil. Berbeda halnya dengan cetak mesin, untuk melakukannya harus memiliki mesin cetak offset yang harganya relatif mahal. Hal inilah yang menyebabkan mesin cetak offset umumnya digunakan oleh industri-industri grafika menengah keatas.

Perkembangan cetak sablon dewasa ini memang terbilang pesat. Setidaknya, eksistensi cetak sablon yang sejatinya sangat sederhana ini tetap mampu memenuhi tuntutan kebutuhan industri dalam arti luas.

Legenda Sablon

Cetak sablon atau cetak saring, telah lama dikenal dan digunakan oleh bangsa Jepang sejak tahun 1664, abad ke 17. Ketika itu, Yuzensai Miyasaki dan Zisukeo Mirose mengembangkannya dengan menyablon kain kimono beraneka motif. Penyablonan kimono ini dilatarbelakangi oleh kebijakan Kaisar Jepang yang melarang penggunaan kimono bermotif tulis tangan. Pasalnya Kaisar sangat prihatin dengan tingginya harga kimono motif tulis tangan yang beredar dipasaran. Dengan keluarnya kebijakan tersebut, harga kimono dapat ditekan, dan kimono motif sablon mulai banyak digunakan masyarakat Jepang. Sejak itu, teknik cetak sablon terus berkembang dan merambah keberbagai negara.



Akan tetapi, cetak sablon pada masa itu tidak berkembang dengan baik. Penggunaan kain gasa atau screen sebagai acuan cetak belum dikenal. Penyablonan masih menggunakan teknik pencap-an atau menggunakan model cetakan atau mal.



Pada tahun 1907, seorang pria berkebangsaan Inggris, Samuel Simon, mengembangkan teknik sablon menggunakan chiffon sebagai pola (form) untuk mencetak. Chiffon merupakan bahan rajut yang terbuat dari benang sutra halus. Bahan rajut inilah yang merupakan cikal bakal kain gasa untuk menyablon. Menyablon dengan cara ini, tinta yang akan dicetak dialirkan melalui kain gasa atau kain saring. Gambar yang tercetak akan mengikuti pola gambar yang ada pada kain gasa. Itu sebabnya teknik ini dikenal juga dengan sebutan Silk Screen Printing, yang berarti mencetak menggunakan kain saring sutera.



Usai perang dunia ke dua, teknik cetak saring terus berkembang pesat. Inovasi-inovasi terus dilakukan hingga memunculkan genre baru, yakni teknik cetak saring modern. Namun, teknik dasar yang digunakan cetak saring tetap sederhana, mudah, dan murah untuk dipraktikan. Karenanya selama bertahun-tahun, pandangan orang pada teknik cetak saring ini tetap sama, yakni : “usaha sambilan tetapi menghasilkan”.



Istilah teknik cetak saring di Indonesia kurang dikenal. Istilah yang lebih populer digunakan adalah cetak sablon. Konon, kata sablon berasal dari bahasa Belanda, yakni schablon. Kata ini berakulturasi dan menjadi bahasa serapan hingga bermetamorfosis menjadi kata sablon. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata sablon sendiri didefinisikan sebagai pola berdesain yang dapat dilukis berdasarkan contoh.



Meskipun demikian, ada pendapat yang menyebut, cetak saring dan cetak sablon merupakan dua teknik cetak yang berbeda secara prinsip. Cetak sablon adalah mencetak dengan menggunakan model cetakan atau model Mal. Cetak saring adalah mencetak dengan menggunakan kain Gasa yang dibingkai, disebut Screen. Namun apa istilahnya, cetak saring ataupun sablon, dunia cetak mencetak (printing) hingga saat ini terus berkembang dan memiliki ceruk pasar tersendiri yang prospektif.

Cetak Sablon

====CETAK SABLON====

Salah satu teknik cetak yang sangat sederhana, tanpa memerlukan investasi yang tinggi. Teknik ini banyak diterapkan dalam berbagai sektor kehidupan manusia. Walaupun dalam realisasinya bahwa teknik cetak sablon hanya bagian dari wirausaha perumahan (home industry), tetapi teknik ini masih sangat signifikan untuk terus dapat dikembangkan. Tidak menutup kemungkinan dengan adanya perkembangan teknologi dalam industri, teknik cetak sablon saat ini telah dikembangkan dengan menggunakan komputer dalam hal pembentukan gambarnya pada screen (computer to screen/CtS). Disisi lain bahwa proses cetak sablon juga sudah merambah ke berbagai industri seperti : industri keramik, elektronik, packaging, tekstil, garmen, dan industri umum.Hal ini sangat terasa, karena seluruh sentra-sentra kehidupan masyarakat hampir tidak lepas dari adanya pemanfaatan teknik cetak ini.

SEJARAH CETAK SABLON
Cetak sablon merupakan bagian dari teknik cetak yang dikembangkan
oleh Yuzenzai Miyasaki pada tahun 1654-1736 dan Zikukeo Hirose pada tahun 1822-1890
berkebangsaan Jepang. Pada awalnya cetak sablon dikembangkan untuk pencetakan kimono
yang merupakan pakaian khas Jepang, dimana bila kimono ditulis dengan tangan menjadi
sangat mahal harganya. Selanjutnya cetak sablon berkembang hingga ke daratan Eropa
pada tahun 1851-1862 dan kemudian pada tahun 1868 Joseph Swan mendirikan atau menemukan produk autotype.

Pada tanggal 11 Juli 1907 Samuel Simmon yang berkebangsaan Inggris mendapatkan hak patentnya untuk teknik cetak sablon. Setelah itu cetak sablon berkembang ke Amerika Serikat sehingga pada tahun 1924 pertama kalinya proses cetak sablon dilakukan di atas bahan tekstil dan kemudian pada tahun 1946 MC Kornick dan Penney menemukan mesin cetak sablon.

PENGERTIAN CETAK SABLON

Cetak sablon merupakan proses stensil untuk memindahkan suatu citra ke atas berbagai jenis media atau bahan cetak seperti : kertas, kayu, metal, kaca, kain, plastik, kulit, dan lain-lain. Wujud yang paling sederhana dari stensil terbuat dari bahan kertas atau logam yang dilubangi untuk mereproduksi atau menghasilkan kembali gambar maupun hasil dari suatu rancangan desain. Stensil tersebut selanjutnya merupakan gambaran negatif dari gambar asli atau original dimana detail-detail gambar yang direproduksi memiliki tingkat keterbatasan terutama bila mereproduksi detail-detail yang halus. Pada teknik cetak sablon acuan yang berupa stensil dapat juga melalui tahapan fotografi, yang pada umumnya dikenal dengan istilah film hand cut.Film photographi dan emulsi stensil direkatkan ke atas alat penyaring (screen) yang dibentangkan pada sebuah bingkai yang terbuat dari bahan kayu maupun logam yang berfungsi sebagai pemegang bagian dari suatu desain, dan harus mampu menahan bagian yang digunakan selama proses penyablonan berlangsung. Adakalanya para perancang grafis melakukan tahapan desain secara langsung pada permukaan alat penyaring dengan bahan yang disebut “tusche” dan kemudian menutup eseluruhan sablonan dengan lem. Tusche selanjutnya dicuci dengan bahan pelarut agar diperoleh bagian yang dapat mengalirkan tinta pada permukaan alat penyaring.

Pada awal abad ke 20 proses pelaksanaan cetak sablon mulai menggunakan kain/screen yang terbuat dari bahan sutera yang semula dipergunakan untuk menyaring tepung. Dari sinilah maka istilah cetak sablon dikenal dengan sebutan “silk screen printing” yang digunakan pada tahapan proses cetak. Karena sutera harganya cukup mahal, serta memiliki kekuatan yang kurang baik, serta secara dimensional kurang stabil, maka kemudian diganti dengan bahan yang terbuat dari nilon dan selanjutnya dengan poliester. Sedangkan untuk keperluan cetak, alat-alat atau benda-benda elektronik dipergunakan kain (screen) yang terbuat dari bahan stainless steel/logam.

Serat kain dibuat/dianyam/dirajut menurut standar dan diproduksi dengan berbagai ukuran tergantung dari tingkat ketebalan serat benang yang akan menghasilkan tingkat kerapatan anyaman.

Kain Saring/Monil

Pada proses cetak sablon “kain” atau screen
mempunyai peranan yang amat penting, bahkan dapat dikatakan sebagai faktor penentu
tingkat kwalitas dari proses cetak yang dihasilkan. Kain sablon dipergunakan sebagai
sarana untuk memegang gambar yang terdapat pada permukaan kain (screen).
Dewasa ini kain atau screen lebih banyak terbuat dari serat sintetis jenis tunggal (mono filamen).
Berbagai jenis serat kain yang dapat dipergunakan untuk proses cetak sablon diantaranya adalah :

1. nilon.

2. polyester,terdiri atas :

a. metalissed polyester/polyester logam.

b. antistatic polyester/polyester antistatis.

c. calendered polyester/polyester termampatkan.

3. stainless steel.



Karakteristik serat kain (screen).



1. Nilon.



Untuk semua kebutuhan cetak sablon tersedia pilihan yang secara luas,hanya saja

berupa serat benang tunggal.



Keunggulan dari serat benang nilon :



a. Memiliki daya rentang dan daya gosok yang baik.

b. Ideal untuk tahapan pencetakan di atas bahan cetak yang permukaanya tidak rata.

c. Memiliki daya alir tinta yang baik, dan punya daya rekat yang sempurna untuk

semua jenis emulsi(stensil foto).



Kelemahannya :



a. Peka terhadap kondisi cuaca/temperatur dan kelembaban udara.

b. Tidak sesuai untuk jenis-jenis pekerjaan yang memerlukan ketepatan yang tinggi (register).





KETEBALAN KAIN/SCREEN



Serat kain yang terbuat dari nilon atau polyester tersedia dalam beberapa derajat ketebalan yakni:
tipe Small (S), tipe Medium (M), tipe Thick (T) dan Heavy Duty (HD). Serat benang dengan tipe S
serat benangnya tipis, cocok untuk pekerjaan nada lengkap (halftone), dan gambar seni (artis/seni).
Serat benang dengan tipe M serat benang yang memiliki ukuran medium, cocok untuk pekerjaan nada
lengkap yang kasar. Serat benang dengan tipe T serat benangnya tebal, cocok untuk segala jenis
pekerjaan pada teknik cetak sablon. Sedangkan serat benang dengan tipe HD, serat benang
dengan ekstra tebal cocok untuk pekerjaan yang dilakukan
secara masinal (cetak menggunakan mesin), cetak blok dan jenis-jenis pekerjaan kasar.





WARNA KAIN/SCREEN



Kain (screen) pada umumnya berwarna putih.
Tapi seringkali kain berwarna putih dan pada waktu dilakukan proses penyinaran
akan menimbulkan gejala pemantulan kembali yang dapat mengakibatkan terjadinya
kekurangan penyinaran. Untuk mengatasi masalah tersebut pada umumnya kain dibuat
berwarna kuning, jingga dan merah. Sehingga kain berwarna digunakan untuk
menghindari terjadinya pemantulan kembali cahaya pada waktu penyinaran
stensil foto sistem direct (langsung), sistem direct/indirect (langsung/tidak langsung),
maupun sistem cappilary (kafilek).





PERSYARATAN KAIN



Untuk memperoleh tingkat resolusi gambar yang terbentuk pada kain (screen)
serta peningkatan definisi hasil ceta sablon, maka diperlukan persyaratan khusus
untuk jenis-jenis kain yang digunakan. Adapun persyaratan-persyaratannya
adalah sebagai berikut :



1. Daya lentur/fleksibilitas.

Karena pada saat dilakukan perentangan pada bingkai cetak kain harus ditarik
untuk mendapatkan tingkat keregangan pada permukaan bingkai serta
pada waktu dilakukan proses pencetakan screen tidak boleh menyentuh bahan cetak,
dengan jarak kira-kira 3-5 milimeter, maka kain haruslah lentur.



2. Pori-pori tidak berubah atau bergeser.

Tujuan utama dari tidak bergesernya pori-pori kain adalah
untuk pengendalian penyaluran tinta cetak.



3. Tahan terhadap bahan kimia.

Selama kain digunakan pada tahapan pencetakan kain selalu berhubungan dengan
bahan kimia seperti stensil foto, tinta cetak, dan bahan pencuci atau pembersih,
maka kain harus dapat tetap bertahan atau tidak mudah rusak.



4. Mudah dibersihkan.

Diharapkan agar kain dapat dipergunakan secara berulang-ulang maka
kain harus mudah dibersihkan.



5. Tahan terhadap gesekan.

Pada waktu digunakan screen akan selalu bersentuhan dengan rakel
yang memiliki variasi derajat kekerasannya.



Dengan demikian gesekan dari rakel tidak dengan mudah mengikis serat kain
yang berdampak pada pengalihan tinta cetak dan mengakibatkan kain mudah rusak.

6. Memiliki keporian yang bervariasi.

Dengan adanya variasi pori-pori screen, maka berbagai bentuk
bahan serta berbagai macam bentuk gambar dapat dicetak dengan cetak sablon



7. Variasi dari tingkat kerapatan screen.



Sangat berpengaruh pada tahapan pengalihan tinta cetak.
Dengan banyaknya variasi yang disediakan untuk jenis-jenis kain diharapkan agar
lapisan film tinta dapat dengan mudah dialihkan
ke atas bahan cetak(media cetak) yang dipergunakan.



PEDOMAN PENGGUNAAN KAIN

Penggunaan kain sangat erat hubungannya dengan penggunaan bahan cetak
serta prosses pengalihan tinta ke atas bahan cetak. Berikut ini ada beberapa pedoman
yang dapat dipergunakan pada teknik cetak yang ditentukan berdasarkan nomor-nomor
yang ada pada screen, diantaranya :

55T : dipergunakan untuk pencetakan di atas bahan handuk dan karung



62T : pencetakan dengan floating pasta atau cetak timbul di atas bahan tekstil khususnya kaos.



77T : untuk pencetakan di atas bahan tekstil seperti kaos, handuk.



90T : pencetakan di atas kain, bagde, dan pencetakan motif halus atau gambar seni
dengan pasta timbul di atas kaos.



120T : pencetakan menggunakan tinta brons emas di atas bahan karton, seng, kayu, kulit,imitasi,
dan kertas.



150T : pencetakan kertas dengan motif blok, imitasi, mika dan stiker.



165T : untuk mencetak di atas bahan kertas dan plastik.



180S : untuk cetak plastik dan kertas halus.



200S : dipergunakan untuk prosses pencetakan model nada lengkap atau halftone.





Penggunaan nomor screen harus diseimbangkan dengan penggunaan bahan cetak, tinta cetak,
kehalusan pori-pori screen, serta jalinan benang percentimeter Semakin besar nomor screen
maka akan semakin kecil pori-pori yang ada pada screen dan
semakin tipis lapisan film tinta yang dialihkan ke atas bahan cetak.
Dan sebaliknya, bila semakin kecil nomor screen maka akan
semakin besar pori-pori screen serta semakin tebal lapisan film tinta yang dialihkan.