Percetakan

Jumat, 02 Juli 2010

Legenda Sablon

Cetak sablon atau cetak saring, telah lama dikenal dan digunakan oleh bangsa Jepang sejak tahun 1664, abad ke 17. Ketika itu, Yuzensai Miyasaki dan Zisukeo Mirose mengembangkannya dengan menyablon kain kimono beraneka motif. Penyablonan kimono ini dilatarbelakangi oleh kebijakan Kaisar Jepang yang melarang penggunaan kimono bermotif tulis tangan. Pasalnya Kaisar sangat prihatin dengan tingginya harga kimono motif tulis tangan yang beredar dipasaran. Dengan keluarnya kebijakan tersebut, harga kimono dapat ditekan, dan kimono motif sablon mulai banyak digunakan masyarakat Jepang. Sejak itu, teknik cetak sablon terus berkembang dan merambah keberbagai negara.



Akan tetapi, cetak sablon pada masa itu tidak berkembang dengan baik. Penggunaan kain gasa atau screen sebagai acuan cetak belum dikenal. Penyablonan masih menggunakan teknik pencap-an atau menggunakan model cetakan atau mal.



Pada tahun 1907, seorang pria berkebangsaan Inggris, Samuel Simon, mengembangkan teknik sablon menggunakan chiffon sebagai pola (form) untuk mencetak. Chiffon merupakan bahan rajut yang terbuat dari benang sutra halus. Bahan rajut inilah yang merupakan cikal bakal kain gasa untuk menyablon. Menyablon dengan cara ini, tinta yang akan dicetak dialirkan melalui kain gasa atau kain saring. Gambar yang tercetak akan mengikuti pola gambar yang ada pada kain gasa. Itu sebabnya teknik ini dikenal juga dengan sebutan Silk Screen Printing, yang berarti mencetak menggunakan kain saring sutera.



Usai perang dunia ke dua, teknik cetak saring terus berkembang pesat. Inovasi-inovasi terus dilakukan hingga memunculkan genre baru, yakni teknik cetak saring modern. Namun, teknik dasar yang digunakan cetak saring tetap sederhana, mudah, dan murah untuk dipraktikan. Karenanya selama bertahun-tahun, pandangan orang pada teknik cetak saring ini tetap sama, yakni : “usaha sambilan tetapi menghasilkan”.



Istilah teknik cetak saring di Indonesia kurang dikenal. Istilah yang lebih populer digunakan adalah cetak sablon. Konon, kata sablon berasal dari bahasa Belanda, yakni schablon. Kata ini berakulturasi dan menjadi bahasa serapan hingga bermetamorfosis menjadi kata sablon. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata sablon sendiri didefinisikan sebagai pola berdesain yang dapat dilukis berdasarkan contoh.



Meskipun demikian, ada pendapat yang menyebut, cetak saring dan cetak sablon merupakan dua teknik cetak yang berbeda secara prinsip. Cetak sablon adalah mencetak dengan menggunakan model cetakan atau model Mal. Cetak saring adalah mencetak dengan menggunakan kain Gasa yang dibingkai, disebut Screen. Namun apa istilahnya, cetak saring ataupun sablon, dunia cetak mencetak (printing) hingga saat ini terus berkembang dan memiliki ceruk pasar tersendiri yang prospektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar